LABUAN BAJO | patrolipost.com – Konferensi Pelatihan Polwan sedunia ke – 58 atau The 58th Internasional Association of Woman Police (IAWP) resmi dibuka Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo membuka kegiatan ini di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur (NTT), Minggu (7/11/2021).
Sebanyak 981 peserta mengikuti kegiatan yang diselenggarakan secara offline dan online, yang terdiri dari 39 peserta internasional dari 12 negara dan 2 organisasi internasional serta 408 peserta asal Indonesia yang berasal dari 34 Polda seluruh Indonesia dan perwakilan dari Mabes Polri menghadiri kegiatan ini secara langsung. Selain itu sebanyak 235 peserta yang terdiri dari 39 negara dan Indonesia sebanyak 299 peserta mengikuti kegiatan ini secara online (virtual).
Kegiatan ini pun mendapatkan respon yang sangat baik dari peserta yang berasal dari luar negeri. Salah satunya disampaikan oleh perwakilan asal Filipina, Jacqueline Salvador. Menurut Jacqueline kegiatan IAWP merupakan ajang yang tepat untuk bertukar informasi, berbagi pengalaman serta peningkatan kemampuan di berbagai bidang bagi Polisi Wanita di seluruh dunia.
“Ajang ini memberikan kami kesempatan untuk saling berbagi pengalaman, momen terbaik untuk berlatih dan ajang yang tepat meningkatkan kemampuan kami sebagai seorang polisi wanita didalam menjalankan pelayanan Kepolisian,” ucap Jacqueline saat ditemui usai melakukan Parade of Nations, Sabtu (7/11/2021).
Respon positif juga disampaikan oleh Alexandria Keijer, Perwakilan Polwan dari Belanda. Menurut Alexandria, keberadaan Polisi Wanita dalam institusi Kepolisian amat sangatlah penting. Menurutnya, konferensi pelatihan ini dapat dimanfaatkan dengan saling bertukar informasi serta pengalaman sehingga keberadaan Polisi Wanita mampu membawa perubahan dalam setiap institusi yang dinaungi.
“Saya pikir (kegiatan) ini sangat penting karena wanita di Kepolisian sangat penting untuk keamanan dan sangat penting bagi kami untuk berdiskusi satu sama lain, saling mendukung, karena kita dapat membuat perubahan, kita mampu membuat banyak perubahan tetapi kita harus tetap bersatu dan kita dapat belajar dari satu sama lain dan semua orang memiliki proses yang sama,” ujarnya.
Alexandria juga mengatakan meskipun jumlah polisi wanita lebih sedikit dibanding polisi pria, namun keberadaan polisi wanita sangatlah penting dan harus mendapatkan kesempatan yang sama dalam hal peningkatan kualitas sumber daya.
“Maksud saya, jika Anda hanya memiliki empat persen wanita atau tiga puluh persen polisi wanita, Anda juga akan memulai dari nol. Semua orang mulai dari nol, jadi kami benar-benar perlu saling membantu untuk berkembang, kemampuan kami perlu ditingkatkan karena wanita sangat penting untuk Kepolisian, untuk keamanan, perdamaian dan segalanya,” lanjutnya.
Salah satu sub tema yang dibahas dalam kegiatan ini adalah kesetaraan gender. Kapolri Jenderal Sigit Listyo Prabowo dalam sambutannya menyampaikan bahwa khusus di internal Polri, Polwan saat ini telah diberikan kesempatan yang sama dalam hal rekrutmen, pendidikan, pelatihan, dan jabatan yang setara dengan polisi laki-laki.
“Saat ini, Polwan Indonesia telah menduduki jabatan operasional yang strategis di Kepolisian dan jabatan yang high risk seperti pada misi perdamaian dunia, Densus 88 Antiteror, dan pasukan Brigade Mobile. Polri telah memberikan panggung dan kesempatan yang sama untuk berkarya pada Polri sesuai dengan tema acara ini “Women at the Center Stage of Policing”,” papar Sigit.
Oleh karena itu, dengan adanya acara IAWP ini, Sigit berharap Polwan di Indonesia mampu meningkatkan kerjasama dengan polisi-polisi wanita lainnya di seluruh dunia.
“Polwan dari Indonesia dan Polwan negara lain tentunya dalam kegiatan ini yang akan dibicarakan adalah bagaimana Polwan dan seluruh polisi di dunia perjuangkan kesetaraan gender. Tentunya juga bagaimana saling tukar-menukar informasi dan hal lain seperti pengalaman penting. Dan tentunya ini akan baik untuk masukan di dalam peningkatan kesetaraan gender,” kata Sigit.
Pemberian ruang tersebut, dikatakan Sigit, lantaran sosok Polwan memiliki peran dan kontribusi yang luar biasa bagi organisasi Polri khususnya dalam mendukung reformasi kultural menjadi polisi yang lebih humanis dan dekat dengan masyarakat.
“Polwan memiliki kepekaan gender yang lebih baik dalam meningkatkan respon terhadap kejahatan berbasis seksual dan gender, meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasional, membangun kepercayaan masyarakat, serta meningkatkan legitimasi lembaga-lembaga penegak hukum,” ujar mantan Kapolda Banten ini.
Menyadari peran strategis wanita di Kepolisian, Sigit menegaskan bahwa saat ini, Polri telah berkomitmen untuk menciptakan institusi Kepolisian yang inklusif bagi semua golongan termasuk perempuan. Dalam hal ini, perubahan kultur berbasis gender di internal kepolisian akan memiliki dampak terhadap sistem penegakan hukum pada umumnya.
“Jika kita mau mengubah pandangan diskriminatif terhadap perempuan, kita harus memulai dari menyelesaikan permasalahan stereotip di bidang profesi kita yaitu keamanan dan penegakan hukum,” ucap eks Kabareskrim Polri itu.
Oleh sebab itu, Sigit memastikan, Polri telah seiring dengan kebijakan Pemerintah soal pengarusutamaan gender. Dalam menerapkan kebijakan itu, Korps Bhayangkara dewasa ini telah melakukan implementasi nyata yang berorientasi gender.
“Terhadap masyarakat, kantor Kepolisian di Indonesia telah menyediakan ruang laktasi dan ruang pemeriksaan khusus bagi perempuan dan anak serta dilengkapi dengan fasilitas yang ramah disabilitas,” tutur Sigit. (334)