SINGARAJA | patrolipost.com – Setelah beberapa waktu lalu Buleleng terkena penyakit mulut dan kuku (PMK) dampaknya mulai berimbas dengan berkurangnya populasi sejumlah hewan ternak. Seperti babi, Dinas Pertanian Buleleng menyebut data jumlah populasi babi di Buleleng hingga bulan Februari 2023 turun keangka 49.279 ekor.
Jumlah tersebut mengalami penurunan hingga 20 persen dari sebelumnya. Untuk memperbaiki kondisi itu, Ketua Komisi II DPRD Bali IGK Kresna Budi mengajak semua pihak untuk mengatur langkah strategis agar jumlah ternak babi tidak terus menagalami penurunan.
“Kalau jumlah ternak babi terus turun dampaknya pasti ke inflasi. Menjadi langka dan mahal. Karena untuk pemulihan membutuhkan waktu yang cukup lama ini butuh langkah strategis agar kondisi pulih sepeti semula,” kata IGK Kresna Budi, Senin (6/3/2023).
Untuk mengatasinya, Ketua DPD Golkar Buleleng ini meminta agar Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buleleng dan jajarannya bukan hanya berpatok pada sentuhan pakan dan harga bibit, namun meminta agar Pemkab menaikkan pos angaran serta menggandeng sektor Perbankan dengan memberikan fasilitas KUR (Kredit Usaha Rakyat) skala mikro kepada rumah tangga peternak babi.
“Anggaran untuk peternakan harus dinaikkan. Karena ini akan bersentuhan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Segera lakukan perubahan anggaran karena untuk ini memerlukan waktu dan tenaga. Paling tidak 5 bulan ke depan baru bisa pulih, sedangkan inflasi akan terus berjalan,” paparnya.
Selain itu, pemberian fasilitas KUR dari bank misalnya BRI harus dilakukan dengan palfon kredit yang tidak terlalu besar. ”Tidak usah besar, berikan kepada petani, ibu rumah tangga untuk beternak babi, cukup Rp 5 juta untuk setiap desa. Dari pada besar namun realisasi dan serapannya rendah,” imbuh Kresna Budi.
Jika itu dilakukan secara berkelanjutan melirik peternak dengan kapasitas minimal 5 ekor babi dengan sentuhan KUR yang ideal dijangkau maka kondisi menurunnya jumlah ternak babi dapat diatasi.
”Kita butuh langkah kongkret dan ideal, semua harus bersinergi seperti pemerintah dan kalangan perbankan turun tangan memulihkan populasi ternak babi di Bali dan Buleleng khususnya,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng, Made Sumiarta membenarkan jumlah populasi ternak babi di Kabupaten Buleleng berkurang cukup signifikan hingga 20 persen pasca wabah PMK yang merebak pada tahun 2022 lalu.
“Jumlahnya menurun hingga 20 persen karena wabah PMK. Untuk populasi babi di Buleleng saat ini ada 49.279 ekor,” terang Made Sumiarta.
Selain menyerang ternak sapi, kata Sumiarta penyakit tersebut juga menyerang ternak babi. ”PMK ini kan menyerang hewan berkaki dua, selain sapi juga (menyerang) babi. Wabah PMK saat ini masih menjadi momok yang menghantui kalangan peternak. Saat merebak tahun 2022 lalu, wabah tersebut menimbulkan kerugian yang cukup besar yang tak bisa ditaksir,” ujarnya.
Untuk meningkatkan kembali populasi babi di Buleleng, Dinas Pertanian Buleleng menggelar sosialisasi ke peternak. Ia berharap petani bisa meningkatkan ternak babi. ”Pengembangan babi saat ini masih selektif dan perlu kehati-hatian,” tandasnya. (625)