SINGARAJA | patrolipost.com – Lewat acara bertajuk “Gumi Lascarya” (satu cinta merawat Bumi) yang digagas Yayasan Manik Bumi (YMB), sejumlah seniman unjuk karya seni untuk bumi di Singaraja, pekan lalu.
YMB yang berkantor di Jalan Pantai Indah, Singaraja, seolah tidak pernah kehabisan energi untuk memberikan ruang bagi para seniman mengekspresikan gagasannya dalam berkarya dan selaras dengan penyelamatan lingkungan hidup.
Menurut Pembina YMB, Luh Gede Juli Wirahmini, yang akrab dipanggil Juli, pemilihan puncak acara disengaja untuk membuat hari kasih sayang tidak hanya tentang cinta sepasang manusia, tapi juga bisa dimaknai cinta bumi.
“Valentine tidak hanya tentang mawar dan cokelat, tapi juga tentang merawat bumi dengan mengurangi bebannya walaupun sedikit,” ujar Juli, kemarin.
Latar belakang ide itu dituangkan dalam konsep kegiatan dengan memadukan pameran seni dari sampah “Trash to Art”, yaitu mengolah limbah sampah menjadi seni berkualitas tinggi, sehingga yang selama ini dipandang sebelah mata, ternyata bisa diolah menjadi sebuah karya seni.
“Sampah kalau diolah, bisa jadi media baru dalam berkesenian. Semoga hal ini bisa jadi media alternatif bagi para seniman dalam berkarya,” kata Juli, seraya menuturkan, puluhan karya yang menggunakan media sampah tersebut dipamerkan di Sekretariat YMB.
Tercatat ada 23 karya seni dari 16 seniman yang dihadirkan, dimana 15 seniman diantaranya berasal dari Buleleng. Belasan seniman iru adalah Made Bayak, I Putu Wilasa, Kadke Dwi Jayanta, Kadek Surya Dwipa, Angga Heri, Juning, I Wayan Trisnayana, I Made Santika Putra, Ngakan Nyoman Ardi, I Komang Wikrama, I Ketut Andi Palwika, Gede Sukradana, Yohanes Soubirius de Santo, I Gede Pasek, Made Wijana, dan Mizan Torek.
Para perupa berusaha mengolah sampah menjadi media baru untuk berkarya, ada yang menggunakan sampah plastik, ban dalam, kardus, kaleng, maupun kertas. Hampir seluruh karya dihadirkan dalam bentuk tiga dimensi, seperti patung “I am Ayam” karya I Made Santika Putra, yang menghadirkan kisah pertarungan dua ekor ayam jantan dan dibuat dari ban dalam bekas.
Sedangkan patung “Bangkai Ikan” karya Putu Wilasa, menggunakan media sampah plastik kemasan. Sampah-sampah itu dilelehkan dan dirangkai sedemikian rupa sehingga menyerupai bentuk ikan.
Wilasa juga menghadirkan perut ikan yang berisi sampah-sampah plastik. “Ini terinspirasi dari berita soal ikan yang terdampar dan ditemukan dalam kondisi mati. Kemudian setelah dibedah, di perutnya ada banyak sampah plastik. Hal ini menjadi persoalan serius bagi ekosistem kita,” kata Wilasa yang juga seorang musisi itu.
YMB juga menggelar parade mural dan media yang digunakan adalah tembok di sekitar kawasan sekretariat YMB. Melibatkan puluhan seniman mural dari Bogor, Magelang, Bandung, Padang, serta tuan rumah Bali, yang melakukan aksi live mural untuk menuangkan kritik dan kegelisahan terkait pengelolaan lingkungan yang terjadi di Indonesia.
Total ada 27 seniman dari 12 kelompok mural yang terlibat dalam aksi tersebut, yang lolos proses kuratorial yang cukup ketat. Mereka menuangkan ide dan kreatifitasnya pada sebidang tembok berukuran (3×4) meter persegi
Sebelumnya, mereka diseleksi dan wajib mengirimkan konsep ide dan karya sejak Oktober 2019 lalu. “Kemudian kami pilih 12 karya terbaik dan kami undang untuk melakukan live mural,” tutur Juli, sembari menjelaskan, puluhan karya tersebut lebih banyak mengangkat tema tentang kesetiakawanan dalam merawat bumi.
Jadi, untuk merawat bumi tidak bisa dilakukan orang per orang, melainkan harus melibatkan seluruh komponen masyarakat. “Semoga, lewat mural ini ada pesan yang tersampaikan, bahwa merawat bumi itu harus dikerjakan bersama dan dilakukan secara ikhlas. Hal ini bisa membuka wawasan, minimal bagi relawan kami sendiri,” harap Juli, yang juga menghadirkan Komunitas Mural Taring Babi sebagai peserta kehormatan.
Hasil live mural ini dinilai oleh dewan juri yang terdiri dari Jango Pramarta, Mike Marjinald, dan Bobi Marjinal untuk mentukan juara 1 hingga 3, sedangkan juara favorit ditentukan oleh pengunjung. Puncak acara dimeriahkan oleh penampilan bondres Rarekual, standup comedy dari Inguh dan perfomance band (Rastafara Cetamol band reggae dari Buleleng, Dialog Dini Hari, dan grup band Marjinal dari Jakarta).jro