DENPASAR | patrolipost.com – Bagi penikmat serial drama klasik era 80-an pasti tidak asing dengan Ni Putu Putri Suastini atau Putri Koster. Seniman serba bisa itu dikenal masyarakat Bali melalui drama klasik yang disiarkan oleh TVRI Bali selama hampir satu dekade pada tahun 80an.
Sementara perjalanan panjang Putri Suastini Koster yang kini menjadi pendamping orang nomor satu di Bali serta menjabat sebagai Ketua PKK dan Dekranasda Provinsi Bali di dunia seni sudah dimulai sejak usia dini. Hal tersebut disampaikannya saat menjadi narasumber dalam NGOBRAS ‘Ngobrol Bareng Artis’ di Radio Gema Merdeka, Rabu (5/7/2023).
“Tahun 1068 umur 4 tahun ibu dilatih guru tari, Anak Agung Suciati. Nah, nike ibu dilatih dari kecil menari, jadi basicnya ibu tari Bali,” kata Putri Koster.
Putri Koster mendalami seni pertunjukan sejak dirinya masih di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan bergabung dalam teather mini dengan pemain dan cerita anak-anak. Saat di bangku SMA, yakni SMAN 1 Denpasar, Putri Koster semakin aktif bermain peran. Menurutnya, tidak hanya melalui Teater Mini namun juga tergabung dalam Teater Angin yang lebih banyak menceritakan kisah drama remaja.
“Sejak TVRI ada di Bali Tahun 1978, Ibu sudah mengisi di sana dengan Teater Mininya, Teater Anginnya. Kalau Teater Angin ibu tampil dengan drama remaja dan Teater Mini dengan drama klasik,” jelasnya.
Sementara memasuki dunia tarik suara, menurutnya bukan sesuatu yang disengaja. Walaupun saat ini telah melahirkan belasan lagu, ia menyampaikan, hal itu hanya menyalurkan gairah seninya.
Awalnya lagu-lagu yang lahir pun hanya untuk mengisi sinetron tersebut, namun akhirnya berlanjut hingga menjadi video klip.
“Lagu-lagu ibu tidak khusus. Ketika anak-anak sudah bisa diajak ke Bali, ibu ajak liburan ke Bali. Dua minggu misalnya lalu janjian dengan teman-teman, lalu muncullah Tembang Tuntang, sinetron Cupak Gerantang,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Putri Koster juga aktif dalam seni sastra sebagai pembaca puisi. Karena penjiwaan dan penghayatan dalam membaca puisi tak jarang penonton merinding hingga kesurupan.
“Hanya iseng bermain ke Taman Ismail Marzuki lalu berlatih vokal bersama seniman-seniman senior di sana hingga mendalami seni puisi,” kata Putri Koster.
“Bagi ibu itu kebanggaan saja,” imbuhnya.
Karena kecintaanya terhadap seni tradisional hingga seni modern menjadikannya sangat peduli terhadap kelangsungan seni di Bali. Ia pun memperjuangkan Pesta Kesenian Bali (PKB) dan Festival Seni Bali Jani (FSBJ).
PKB merupakan wadah untuk melestarikan seni tradisi dengan segala modifikasi dan kreatifitas seni tradisionalnya dan FSBJ memberikan ruang kepada seniman-seniman modern untuk berkarya namun masih tetap bercirikan budaya Bali. (pp03)