DENPASAR | patrolipost.com – Transformasi Bali era Baru diperkuat dengan sejumlah Perda dan Pergub Bali agar tradisi dan budaya tidak tergerus atau bahkan hilang. Bali membangun peradaban melalui 44 tonggak peradaban penanda Bali era Baru.
Hal itu disampaikan oleh Ketua TP PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster dalam sosialisasi ke sejumlah radio di Pulau Dewata.
Menurutnya, lahirnya regulasi pemerintah yang menunjukkan keberpihakan terhadap tatanan kehidupan di Bali, merupakan hasil kerja keras semua elemen, baik pemerintah maupun masyarakat.
Perda dan Pergub yang dihasilkan merupakan hasil pemikiran, dan diskusi yang panjang dari ratusan orang yang memiliki kompetensi. Dikatakan Putri Koster, adanya Perda dan Pergub menjadi penting sebagai payung hukum pranata maupun tatatanan kehidupan di Bali.
“Jadi bukan keputusan sendiri atau orang perorangan. Kami PKK sebagai mitra kerja pemerintah terus melakukan sosialisasi terhadap berbagai kebijakan, peraturan ataupun hasil kerja pemerintah sehingga diketahui oleh masyarakat,” kata Putri Koster di Singaraja, Senin (6/2/2023).
Di tahun akhir periode pertama kepemimpinan Gubernur Bali Wayan Koster, menurut Putri Koster, banyak hal yang telah dilakukan bersama para jajaran pemerintah. Termasuk kelompok ahli Gubernur Bali yang berkontribusi besar dalam penyusunan kebijakan baik itu Pergub maupun Perda.
“Di hulu, pemerintah menyiapkan regulasi, rencana dan kebijakan, lalu di tengah masyarakat mendukung dan melaksanakannya dan akhirnya di hilir akan terwujud kesejahteraan bersama,” ujarnya.
PKK melakukan sosialisasi dengan menghadirkan para akademisi maupun praktisi. Sehingga, masyarakat mendapatkan informasi yang jelas.
Sehingga, tujuan dari gerakan PKK akan terwujud yakni, kesejahteraan di tingkat keluarga lalu di tingkat desa, kabupaten, dan akhirnya terwujud kesejahteraan bersama.
Sementara, Koordinator Kelompok Ahli Bidang Pembangunan Prof Dr Drh I Made Damriyasa MS menambahkan, pemerintah Provinsi Bali bekerja keras menata Bali secara fundamental dan komprehensif berdasarkan nilai-nilai kearifan lokal Sat Kerthi. Untuk itu diperlukan kesadaran masyarakat dan bersama membangun kembali Taksu Bali.
Menurut Damriyasa, hal-hal lama yang mungkin hilang atau tergerus oleh kemajuan zaman ataupun regulasi yang kurang mendukung, akan dikembalikan dan ditata kembali, serta diperkuat keberadaannya.
“Seperti misalnya penguatan kedudukan desa adat, perlindungan terhadap pratima, penggunaan garam lokal Bali dan termasuk salah satunya minuman tradisional Bali yaitu arak Bali,” kata Damriyasa.
Kelompok Ahli Bidang Pangan, Sandang dan Papan Prof Ir Made Sudiana Mahendra juga mengungkapkan, 44 tonggak peradaban itu diantaranya, menjadikan Bali sebagai Pulau organik, pelestarian tanaman endemik Bali, Gumitir Bali Sudamala, Bangga Produk Lokal Bali seperti UMKM, harkat Arak Bali serta berbagai program strategis lainnya, yang telah memiliki payung hukum.
Memasuki dunia era baru, kemajuan kebudayaan Bali telah mampu membentuk karakter manusia Bali. Misalnya saja penggunaan pakaian adat setiap hari Kamis.
“Kita lihat di lingkungan sekolah misalnya lintas agama menggunakan busana adat ke sekolah dimana hal ini menunjukkan toleransi dan harmoni antar pemeluk agama,” kata Sudiana Mahendra.
Sudiana Mahendra juga mengungkapkan, penggunaan kain tenun Endek beberapa tahun lalu berbeda dengan saat ini.
“Saat ini kita bangga menggunakan kain tenun dalam berbagai kesempatan dan bahkan kain tenun kita tidak hanya digunakan dalam skala lokal tetapi juga nasional dan bahkan digunakan oleh para pemimpin dunia,” jelasnya. (pp03)