DENPASAR | patrolipost.com – Seorang seniman muda berbakat asal Denpasar, Putu Winata memamerkan 20 karya seni lukisan tentang alam, pohon, bunga, daun, ranting, air terjun, perairan, cakrawala, dan sebagainya di lantai 3 Second Floor Coffee, Kesiman, Denpasar, selama sebulan (9 Oktober hingga 9 November 2021), mulai pukul 08:00 – 18:00 Wita, sesuai jam operasional Second Floor Coffee.
Setelah sekian lama tidak mengadakan pameran karya seni lukis, dikarenakan penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), kini Galeri Zen1 berkolaborasi dengan Second Floor Coffee kembali menggelar pameran karya seni lukis tunggal.
Direktur Galeri Zen1 Nicolaus F Kuswanto menjelaskan, karya seni lukis kali ini merupakan karya yang sangat unik dan beda diantara sejumlah karya sebelumnya yang pernah Galeri Zen1 tampilkan. Pameran bertajuk “Garden of Intuition” ini dikuratori Nicolaus F Kuswanto serta Arif Bagus Prasetyo dan diresmikan oleh Prof Dr I Made Bandem, MA, Sabtu (9/10) sore.
Putu Winata memang tidak menghadirkan sebuah karya potret, melainkan abstraksi tentang alam dan ia mengaku menyukai alam, karena suka berpergian ke kawasan yang lingkungan alamnya masih asri, misalnya daerah pegunungan atau pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk kota. Kendati demikian, alam bukan satu-satunya sumber inspirasi Putu Winata.
Tak jarang ia terpikat pada warna-warni dalam lukisan seniman lain, terutama karya pada master seni Lukis dunia seperti, Vincent van Gogh dan Claude Monet. Lukisan Putu Winata menggambarkan chaos dan cosmos ibarat dua sisi koin, ada kekacauan di balik ketertiban dan menggaungkan kosmologi Hindu-Bali, siklus penciptaan dan kehancuran terdapatkan dan hadir serempak dalam citra alam di kanvas Putu Winata.
Putu Winata menuturkan, proses melukisnya selalu berangkat dari ide tertentu dan ia tidak melukis dari kekosongan. Gagasan tertentu, misalnya tentang lanskap atau kembang, memicunya untuk melukis, namun ide awal itu bukanlah semacam rencana atau skema untuk diwujudkan ke dalam bentuk lukisan.
Satu teknik unik yang dikembangkannya adalah penggunaan bola pingpong untuk melukis. Putu Winata mencelupkan bola pingpong ke dalam cat aneka warna, kemudian menggulirkannya diatas kanvas, di mana dari guliran bola pingpong meninggalkan jejak warna yang tidak sepenuhnya berada di bawah kendali sang pelukis.
Efek yang dihasilkan juga berbeda dengan cat yang disapukan kuas, ditorehkan pisau palet atau dioleskan jari tangan. Lapisan cat warna-warni di permukaan bola pingpong tersingkapkan pada kanvas secara khas, tak terduga, seolah-olah memiliki “kemauan” sendiri, dan keunikan inilah yang membuat karya Putu Winata sangat berbeda diantara karya seniman lainnya.
“Dengan adanya kolaborasi ini semoga bisa memberikan sebuah kacamata baru atau pandangan baru terhadap para penikmat seni dan masyarakat, khususnya untuk para seniman Bali dan juga bisa dinikmati oleh semua kalangan tidak hanya dari kalangan seniman, tetapi juga dari masyarakat umum,” harap Putu Winata.(jok)