SEMARAPURA | patrolipost.com – Modernisasi hal yang tak bisa dibendung dan tak bisa dilawan tetapi dalam jati diri sebagai manusia Bali adalah seni dan budaya. Perkembangan boleh-boleh saja, menuntut ilmu sampai luar tatkala kembali pulang kembali tetap keBalian dalam artian seni dan budaya tetap bagian dari insane manusia Bali. Seni dan budaya Bali sudah mendunia menjadi warisan yang sudah diamatkan oleh leluhur.
Panglingsir Puri Klungkung Ratu Ida Dalem Semaraputra, Rabu (2/6) menyatakan dirinya sempat menghadiri upacara ngodakin Ida Bhatara di Banjar Sampalan, Desa Adat Dalem Setra Batununggul, Sabtu (29/5/2021) lalu. Menurutnya dalam upacara ngodakin tersebut yang diawali dengan karma Banjar Sampalan melakukan persembahyang bersama, selepas itu Ida Dalem Semaraputra melepas “ngetus“ tapakan Ida Bhatara yang akan melakukan ritual ngodakin.
Ratu Ida Dalem Semaraputra sangat mengapresiasi dan senang melihat semangat krama dalam upacara ngodakin. Dirinya berpesan tetaplah menjaga kebersamaan, kekompakan serta rasa kerabatan. Berbicara budaya Bali, Ida Dalem menyempatkan memberi wejangan khususnya kepada anak-anak muda dalam memperlajari budaya luar itu perlu hanya sebatas tahu saja tetapi rumaketang budaya Bali harus dan wajib yang sudah diwariskan oleh leluhur Bali.
“Budaya Bali sudah dikagumi oleh dunia, kita harus menjaga budaya Bali. Semoga apa yang direncakan dalam upacara ngodakin ini berjalan lancar, “ ujar Ratu Ida Dalem tegas mengingatkan.
Sementara itu saat ritual berlangsung, seniman Tjok Gede Alit menyampaikan dalam proses ritual ngodakin Susunan Tapakan Ida Bhatara hal yang paling utama adalah saat pengetusan atau pencabutan topeng dari asesorisnya. Kebetulan Ida Dalem Semaraputra secara historis punya ikatan antara Puri Klungkung dan Krama Banjar Sampalan. Topeng ini merupakan hasil karya lelangit “ leluhur “ Beliau. Dulu, proses berkarya membuat topeng prosesnya selalu menggunakan bahan yang bagus, waktu dan spiritualitas agar karya ada taksunya. Begitu juga saat ini memperlakukan hal yang sama.
Sementara yang sudah berjalan dalam proses ngodakin lingga tangan atau pengetusan diawali oleh Sulinggih atau Raja. Sementara proses ngodakin bertepatan dengan tumpek klurut, nanti puncak karya bersamaan piodalan saat tumpek wayang. Ada tiga tahap proses ngodakin, segi warna minimal sama dan lebih bagus dari sebelumnya menyesuiakan dengan kondisi zaman begitu juga dengan asesorinya.
Berbicara topeng randa, menurutnya tiap daerah di Bali mempunyai ciri dan kekhasan masing-masing. Misal di Klungkung taring lebih pendek, beda di Sampalan randa tidaklah seperti biasanya. Karakteristik randa lebih kalem tidak menunjukan karakter keras dan seram.
Sementara Kelian Banjar Sampalan, I Dewa Made Suarjana mengatakan upacara ngodakin Ida Bhatara diawali matur piuning, ngulapin daksina lingga saat purnama yang lalu. Selanjutnya proses ngetus atau melepas topeng dari asesorisnya berlangsung pada tumpek klurut. Puncak karya nanti akan dilaksanakan pada tumpek wayang 7 Agustus mendatang.
Selama 40 hari atau sebulan lebih krama Banjar Sampalan dalam menghaturkan ayah-ayahan dibagi setiap hari baik pagi dan malamnya.Ia berharap semoga upacara berlangsung lancar, semangat dan kekompakan krama tetap terjalin. (855)