GIANYAR | patrolipost.com – Apresiasi Pemkab Gianyar terhadap seniman dengan memberikan uang tunai Rp 50 kepada penerima penghargaan Wija Kusuma mulai tahun 2019 ini, rupanya menimbulkan Kecemburuan. Pasalnya, seniman peraih penghargaan yang sama sebelumnya, hanya kebagian pelayanan BPJS Ketenagakerjaan.
Keluhan ini disampaikan oleh I Dewa Rai Budiasa, peraih Wija Kusuma tahun 2010, Kamis (17/5) kemarin. Disebutkan, dirinya mendapatkan curhatan dari peraih Wija Kusuma sebelum tahun 2019, dimana banyak yang mengaku cemburu dengan perhatian pemerintah pada seniman tahun ini, yang mendapatkan uang tunai Rp 50 juta. Padahal jika dilihat dari segi pengabdian, merekalah yang lebih berjasa. Bahkan, para penerima Wijakusuma 2019 ini, banyak yang merupakan murid-muridnya.
“Kalau dari pengabdian, memang seniman-seniman peraih Wija Kusuma di bawah tahun 2019 itu lebih besar,” ujar pengasuh sanggar seni asal Banjar Pengaji Desa Melinggih, Payangan ini.
Atas keluhan itu, pihaknya sangat berharap Pemkab Gianyar memberikan perhatian yang sama pada semua maestro yang dimiliki. Dalam hal ini pihaknya tidak menuntut memperoleh uang Rp 50 juta. Namun setidaknya pemerintah meringankan beban hidup para maestro. Seperti membayarkan tagihan listrik, air serta memberikan kartu jaminan kesehatan gratis.
Pelayanan BPJS Ketenagakerjaan pun dirasakan kurang efektif, karena hanya bisa dipakai saat seniman mengalami kecelakaan, dan itupun kalau kecelakaan jika sedang pentas. Di sisi lain, para maestro kebanyakan tak aktif lagi dalam pementasan, kebanyakan jadi pembina karena kondisi fisik yang tak memungkinkan untuk pentas.
“Jadi dapat dikatakan, kartu yang diterima itu tidak berfungsi sama sekali. Kalau bisa, pemerintah memberikan kartu BPJS Kesehatan kelas I,” harapnya. (ata)