Sajian nasi besek di tengah pandemi Covid-19.
GIANYAR | Patrolipost.com – “Nasi Besek” mungkin agak asing didengar, apakah nasi dari besek atau apa? Nasi besek biasanya hanya bisa didapati di acara-acara selamatan, kenduri ataupun tasyakuran dan hanya beredar di kalangan masyarakat menengah ke bawah. Tapi kini sejak munculnya pandemi Covid-19, nasi besek mulai terlihat di acara-acara resmi bahkan sampai menembus hotel-hotel sebagai pengganti prasmanan (hidangan yang diambil sendiri).
Apa sebenarnya nasi besek? Nasi besek tidak lain sajian nasi campur, yang terdiri dari beberapa lauk pauk yang dikemas dalam wadah anyaman bambu dan sekarang orang lebih mengenalnya dengan sebutan nasi besek. Seperti yang terlihat di salah satu hotel di Ubud, Royal Pita Maha, hidangan yang disajikan bukan lagi prasmanan, tapi hidangan yang sudah dikemas dalam wadah besek. “Kita memang siapkan hidangan bukan prasmanan, tapi sudah diwadahi besek. Bisa dibilang ini bagian dari prokes Covid-19,” jelas salah seorang staff Royal Pita Maha Made Su yang ditemui beberapa waktu lalu.
Royal Pita Maha, salah satu akomodasi pariwisata di daerah Ubud, Gianyar yang telah menerima sertifikat prokes Covid-19, lantaran itulah pihak manejemen dengan ketat mengikuti aturan prokes Covid-19. Seperti yang tampak di sekitar Pita Maha, tempat cuci tangan tersedia di berbagai sudut, termasuk pengecekan suhu tubuh ketika tamu baru menginjakkan kakinya di Pita Maha. “Ketat kita berlalukan prokes Covid-19,” sebutnya.
Ia beranggapan dengan digunakannya besek yang merupakan hasil kerajinan masyarakat yang ada di Bali, secara tidak langsung menggerakkan sektor riil masyarakat, apalagi wadah besek juga dihiasi dengan janur agar terlihat nilai seninya, higienes sudah pasti terjaga. “Bali kan terkenal dengan seninya, jadi agar terlihat cantik, beseknya kita hiasi. Jadi fungsi janur yang melingkar bisa dibilang sebagai segel juga,” tuturnya, seraya berujar hidangan yang disajikan saat ini lebih terkesan ramah lingkungan.
Diakui Made Su, sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, hotel dimana dia bekerja, okupansinya langsung turun. Apalagi tamu yang menginap di Pita Maha dominan tamu Eropa. Ia berharap dengan berbagai terobosan dari pemerintah seperti penerapan Clean, Health, Save dan Environment (CHSE) di sektor pariwisata, paling tidak mampu mendongkrak kembali kunjungan wisatawan ke Bali serta menumbuhkan kembali kepercayaan dunia untuk berwisata ke Bali. (wie)