DENPASAR | patrolipost.com– Media sosial ramai membicarakan tentang pendaki perempuan di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat (NTB) yang terkena hipotermia. Untuk menyelamatkan nyawanya, diceritakan bahwa pendaki perempuan itu disetubuhi agar suhu tubuhnya tetap hangat.
Hipotermia adalah suatu kondisi ketika mekanisme tubuh mengalami kesulitan untuk mengatur suhu tubuh pada tekanan suhu dingin, dimana suhu tubuh di bawah 35 derajat celcius. Kondisi ini sering dialami para pendaki, dan sebagian diantaranya menyebabkan kematian.
Sudiyono, Kepala Balai Taman Nasional Gunung Rinjani yang dihubungi, Rabu (24/7) menepis kebenaran cerita viral di medsos itu. Ia mengatakan bahwa cerita tentang pendaki perempuan hiportermia yang disetubuhi tersebut belum tentu terjadi di Rinjani.
“Belum tentu, kalau saya tidak yakin itu terjadi di situ (Rinjani),” kata Sudiyono.
Dia mengatakan, kawan-kawan guide dan pramuantar di Gunung Rinjani juga memprotes berita itu yang diceritakan seolah-olah terjadi di Rinjani. Padahal jalur pendakian Rinjani baru saja dibuka kembali setelah gempa mengguncang Lombok beberapa bulan yang lalu.
Dia juga mengatakan bahwa di jalur Sembalun ada guide perempuan sehingga pendaki perempuan bisa lebih nyaman saat mendaki. Terkait hipotermia, Sudiyono mengatakan saat berada di ketinggian, suhu tubuh seseorang bisa saja turun dan mengalami hipotermia. Namun hal tersebut tergantung dari daya tahan tubuh masing-masing pendaki.
Untuk itu, Sudiyono mengatakan bahwa seorang pendaki harus memiliki persiapan, salah satunya dengan membawa pakaian hangat dan bekal makanan untuk mencegah hipotermia.
“Orang mendaki ini kan harus persiapan makanya ketika check in pack in dan pack out itu untuk pengecekan barang yang akan naik itu kan juga harus ada standarnya yang harus dipenuhi. Kalau naik tanpa bekal dan segala macam kan itu konyol juga,” katanya.
Sementara itu Kepala Bagian Humas Badan SAR Nasional (Basarnas), Suhri Sinaga menegaskan, menghangatkan tubuh seseorang yang mengalami hipotermia dengan cara disetubuhi adalah hal keliru dan sesat.
Adapun metode “skin to skin” yang diperbolehkan adalah kulit bersentuhan dengan kulit, bisa dengan saling berpelukan, misalnya di dalam sleeping bag untuk mengembalikan suhu badan ke angka normal. Sinaga mengatakan, jika korban hipotermia mengenakan baju yang basah, maka ia dilepas bajunya dan diganti dengan pakaian kering.