GIANYAR | patrolipost.com – Pecinta seni terutama seni pertunjukan terlihat memadati open stage Balai Budaya Gianyar, Rabu (17/4) malam. Mereka hadir untuk menyaksikan pementasan Sendratari Kolosal yang berjudul “Ki Barualis” garapan persembahan dari Sanggar Paripurna Bona serangkaian memeriahkan HUT ke-253 Kota Gianyar.
Sendratari tersebut menceritakan perebutan senjata tombak sakti yang diperoleh Dewa Manggis Kuning dari seorang wanita tua yang berubah menjadi bidadari.
Dikisahkan, Dewa Manggis Kuning yang tinggal di Alas Bengkel bersama prajuritya diusik oleh kedatangan pasukan Guwak yang dipimpin oleh Raja Buleleng, I Gusti Anglurah Panji Sakti. Laskar Gusti Panji Sakti datang menunggangi gajah ke Alas Bengkel, ingin menaklukan Dewa Manggis Kuning guna mendapatkan senjata sakti miliknya. Mulai dari Buruan, Bangunliman, penepi Desa Ambengan penyerangan dilakukan dengan membakar Alas Bengkel beserta isinya.
Dewa Manggis Kuning yang mendengar hal itu menjadi murka, beliau langsung memimpin laskar Watek Sikep Penamun yang bersenjatakan bambu runcing, dan barisan pering gading untuk mencegah terjadinya banyaknya korban.
Berkat Laskar Watek Sikep Penamun dan kecekatan Dewa Manggis Kuning yang mengeluarkan ajian Panglimunan muncul para roh gaib yang membuat pasukan Gusti Panji Sakti merasa kewalahan, sehingga mereka lari tunggang langgang meninggalkan Alas Bengkel yang sekarang diberi nama Desa Beng. Sawah tempat gajah makan kacang-kacangan sebelum terjadi perang, sekarang dinamai Subak Kacang Bedol. Tumbak sakti yang berhasil melukai alis Gajah diberi nama “Ki Barualis“. Semenjak itu di Tukad Panti Desa Beng dibangun pariyangan tempat melukat, memuja Dewa Manggis Kuning. Guna mendapat kesucian dan kesejahteraan sehingga Desa Beng menjadi tenteram, makmur berkat karisma Dewa Manggis Kuning.
Ketua Sanggar Paripurna Bona sekaligus Artistik Direktor, I Made Sidia mengatakan “Ki Barualis” merupan merupakan senjata sakti yang dimiliki oleh Ida Dewa Manggis Kuning yang merupakan penglingsir pendiri Kerajaan Gianyar.
Lanjutnya, garapan tersebut diangkat mengingat beberapa tahun kebelakang, masyarakat sudah mendapat banyak cobaan mulai wabah virus corona dan lainnya.
“Kebetulan Sanggar Paripurna ditunjuk oleh Pemerintah Kabupaten Gianyar agar membangkitkan semangat generasi muda, masyarakat yang pernah tertimpa bencana corona virus. Jadi untuk itu, Pak Made mengangkat bagaimana agar masyarakat Gianyar tahu bagaimana sejarah, yaitu sejarah dari Desa Beng yang dulunya bernama Bengkel,” kata Made Sidia.
“Dimana pada itu, Gusti Panji Sakti Raja Buleleng ingin menguasai Bali dan terjadilah suatu konflik. Sehingga sekarang kita bisa mewarisi tempat-tempat yang bersejarah, ada Bangunliman hingga Alas Bengkel yang sekarang menjadi Desa Beng,” lanjutnya. (kominfo)