JAKARTA | patrolipost.com – Pengguna internet selalu menginginkan koneksi yang cepat. Situs NetworkWorld menyebut 5G bisa menyediakan kecepatan 10Gbps dari 100Gbps. Namun, apakah kecepatan yang lebih tinggi tersebut akan membuat 4G ditinggalkan?
Menurut VP Technology Relations and Special Project Smartfren, Munir Syahda Prabowo, hal tersebut tidak akan terjadi. Alasannya, penggunaan 4G dan 5G akan berbeda, dan konsumen masih akan puas dengan 4G. Pasalnya, 5G akan lebih digunakan oleh kalangan korporasi.
“Pasar konsumen saat ini masih menyukai dan merasa puas dengan layanan 4G. 5G akan lebih luas lagi penggunaannya, bukan untuk personal,” beber Munir. Dia kembali menyebut Smartfren sudah siap dengan 5G. Perusahaannya akan menguji coba jaringan 5G bulan depan.
Disebutkan beberapa teknologi prasyarat digelar 5G yang sudah dipenuhi oleh Smartfren. Pertama adalah fitur carrier aggregation yang sudah sejak lama diperkenalkan pada jaringan 4G milik Smartfren. Carrier Aggregation menggabungkan dua channel frekuensi milik Smartfren.
Dengan demikian bisa melipatkan gandakan kecepatan yang diterima pelanggannya. Kedua adalah teknologi MIMO yang diibaratkan sebagai pintu masuk koneksi data yang dikirim dan diterima. Teknologi lain yang disiapkan adalah Small Cell yang berfungsi seperti BTS.
“MIMO yang saat ini 8T (transmitter) dan 8R (receiver) bisa berlipat ganda menjadi 64T 64R. Kerjanya mirip seperti pintu tol jadi semakin banyak makan arus, layanan data semakin cepat dan lancar. Kemudian teknologi QAM yang akan memperlancar kecepatan,” beber Munir.
Lebih lanjut, paparnya, terkait teknologi ini, latensi lebih rendah karena seluruh kebutuhan data dengan beragam ukuran diantarkan bersamaan. Sementara, Small Cell diimplementasikan sangat banyak dan rapat agar 5G memiliki latensi rendah dan tidak terputus sama sekali.
Dikatakan, menggunakan layanan 5G, koneksi tak boleh terputus. Bayangkan mobil otonom pakai 5G. Saat internetnya putus dua detik saja itu sudah sangat berbahaya, bisa hilang kendali. Makanya 5G tidak boleh putus dan kualitas koneksinya harus cepat. Tidak bisa ditawar.
Kemudian ada teknologi bernama Beam Forming untuk membantu antena BTS fokus memancarkan sinyal hanya ke titik yang butuh layanan data. Hal ini dinilai bisa membuat layanan sekaligus konsumsi data lebih efisien bagi operator. Tidak terjadi pemborosan.
Teknologi yang disediakan pada menara BTS adalah Full Duplex. Serupa dengan MIMO, Full Duplex membuat antena BTS bisa memancarkan sekaligus menerima frekuensi data secara bersamaan. Efeknya kecepatan download dan upload tidak besar atau kencang sebelah. (med)