Taman Nasional Komodo Bukan Ditutup Sementara, tapi Sedang Dikaji Sistem Buka Tutup

kepala btnk
Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga. (afri)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Balai Taman Nasional Komodo (BTNK) berencana akan memberlakukan sistem buka tutup bagi kunjungan wisatawan ke Taman Nasional Komodo. BTNK bersama sejumlah ahli saat ini tengah melakukan kajian rencana penerapan sistem buka tutup yang ditargetkan sudah bisa dilakukan pada pertengahan tahun 2025.

Ditemui di kantornya, Rabu (24/7/2024) Kepala BTNK Hendrikus Rani Siga menyebut rencana penerapan sistem buka tutup ini juga sekaligus meluruskan sejumlah informasi keliru yang telah beredar secara luas dimana akan terjadi penutupan sementara Taman Nasional Komodo.

Bacaan Lainnya

“Yang pertama saya harus luruskan (informasi) bahwa tidak ada yang namanya penutupan sementara, yang ada itu adalah penutupan secara berkala, jadi sistemnya buka tutup,” kata Hendrikus.

Hendrikus menyadari sistem penutupan sementara hanya akan berdampak buruk bagi keberlangsungan pariwisata di Labuan Bajo yang menjadikan Taman Nasional Komodo sebagai daya tarik utama bagi wisatawan.

Untuk tetap memastikan keseimbangan antara keberlangsungan konservasi tetap terjaga dan geliat industri pariwisata bertumbuh dengan baik, BTNK akan menerapkan skema sistem buka tutup. Selain itu, opsi ini juga dinilai akan berdampak positif bagi destinasi wisata diluar Taman Nasional Komodo.

“Saya pastikan bahwa tidak ada skema penutupan sementara, karena itu bisa kolaps semua ini, itu nanti kan semua tergantung dari TNK. Cuma kita mau kombinasikan antara yang di dalam dan di luar kawasan supaya semua bisa hidup,” sebutnya.

Dijelaskan Hendrikus, penerapan sistem buka tutup harus segera dilakukan sebagai salah satu upaya mengantisipasi dampak buruk yang ditinggalkan oleh masifnya aktivitas wisata dalam kawasan Taman Nasional Komodo yang mengalami peningkatan jumlah kunjungan dalam 5 tahun belakangan.

“Kenapa itu dilakukan? Pertama, alam itu kan tidak bisa berbicara tentang kondisi yang dia alami. Yang kedua memang tren kunjungan itu sekarang meningkat secara tajam, hanya kita manusia yang bisa mengintepretasikan sejauh mana tekanan itu sudah terjadi dan kami sebagai pengelola memang harus punya kepekaan terhadap hal – hal itu,” ucap Hendrikus.

Adapun skema penerapan  nantinya akan mengikuti hasil kajian yang tengah dilakukan bersama dengan para pakar dan ahli. Meski BTNK menargetkan sistem ini akan bisa diterapkan pada pertengahan tahun 2025, namun hasil akhir tetap akan mengacu pada hasil kajian ini.

“Kita sedang membangun komunikasi supaya cepatnya dilakukan kajian, sehingga kalau ditarget saya itu kan di pertengahan tahun depan (2025) tapi kalau dari hasil kajiannya perlu waktu lagi maka itu bisa diundur, disesuaikan,  tergantung dinamika di lapangan. Namun secara prinsipil, sistem buka tutup itu sangat diperlukan untuk sebuah kawasan konservasi yang tingkat kunjungannya sangat tinggi, saya kira itu menjadi sebuah kebutuhan,” jelasnya.

BTNK sendiri mencatat terjadi lonjakan jumlah kunjungan dalam 5 tahun terakhir. Sebelum pandemi Covid-19, jumlah kunjungan tertinggi tercatat terjadi pada tahun 2019, dengan jumlah kunjungan mencapai 221.703. Angka kunjungan didominasi oleh wisatawan mancanegara dengan total 144.068 wisatawan dan wisatawan Nusantara berjumlah 77.635.

Memasuki tahun 2020, jumlah kunjungan hanya 51.618 dimana kunjungan didominasi oleh wisatawan Nusantara dengan angka 38.529 dan Wisatawan mancanegara sebanyak 13.089 orang.

Jumlah kunjungan di tahun 2021 juga kembali didominasi oleh wisatawan Nusantara dengan jumlah 60.381 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 4.236 orang. Total kunjungan di tahun ini mencapai 64.617 orang.

Di tahun 2022, jumlah kunjungan mengalami kenaikan hampir 3 kali lipat dari tahun 2021. Jumlah kunjungan di tahun ini mencapai 182.676 orang dimana kunjungan wisatawan Nusantara sebanyak 102.051 orang dan wisatawan mancanegara sebanyak 80.625 orang.

Adapun jumlah kunjungan wisatawan mancanegara di tahun 2023 mengalami peningkatan dibanding 3 tahun sebelumnya dengan angka kunjungan mencapai 116.392 orang dan wisatawan Nusantara sebanyak 184.096 orang. Naiknya jumlah kunjungan ini menjadi yang tertinggi dalam 5 tahun terkahir dengan total kunjungan mencapai 300.488 orang.

Sementara, di tahun 2024 periode Januari hingga Juni, total kunjungan sudah mencapai angka 129.621 orang, dengan rincian wisatawan Nusantara sebanyak 49.806 dan Wisatawan Mancanegara sebanyak 79.815 orang.

Selain itu, BTNK juga mencatat, jumlah populasi Komodo dalam Kawasan Taman Nasional Komodo di tahun 2023 mengalami peningkatan dibanding tahun 2022.

“Kalau dibandingkan tahun 2022, tahun 2023 mengalami peningkatan dari 3.156 jadi 3.396 yang tersebar di seluruh kawasan,” sebutnya.

Hendrikus menyebut selain menunggu hasil kajian terkait skema penerapan sistem buka tutup ini, pihaknya menyadari isu buka tutup bagi kawasan Taman Nasional Komodo sangatlah sensitif dan dapat berdampak buruk bagi semua pihak jika tidak dipersiapkan secara matang, baik dari sisi kajian hingga kepada keterlibatan masyarakat dan pelaku pariwisata.

“Kita harapkan karena ini sangat sensitif, isu buka tutup kawasan, memang harus berdasarkan kajian secara ilmiah. Kemudian nanti ada tahapan konsultasi publiknya karena ini area publik jadi memang harus dikonsultasikan dengan publik, kemudian baru sosialisasi dan kalau kita sepakat itu baru diterapkan,” ujarnya.

Hendrikus menambahkan dalam hal ini, keterlibatan semua pihak sangat dibutuhkan dalam mewujudkan keberlangsungan konservasi dalam kawasan Taman Nasional Komodo. Selain keberadaan satwa komodo dan satwa lainnya yang dilindungi, ekosistem pendukung dalam kawasan tentu harus dijaga secara bersama – sama.

Adanya forum konsultasi publik nantinya juga diharapkan menjadi ruang bagi semua pihak untuk ikut melahirkan sebuah kebijakan yang tidak merugikan siapapun.

“Itu nanti ada forum tersendiri, forum konsultasi publik, itu yang digunakan, kalau misalnya ada koreksi, saran, masukan perbaikan, keinginan yang diharapkan demi kepentingan konservasi juga bisa disampaikan nanti. Dengan forum itu nantinya dapat digunakan para pelaku usaha peristiwa atau para pemerhati atau beberapa pihak yang berkepentingan dengan TNK,” tutup Hendrikus. (334)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.