GAZA | patrolipost.com – Meningkatnya jumlah korban tewas di Gaza, menggerakkan demonstran pro-Palestina melancarkan protes di kota-kota di seluruh dunia pada hari Sabtu (4/11/2023). Aksi protes tersebut menyerukan diakhirinya perang yang telah berlangsung hampir sebulan.
Pemerintah yang dikuasai Hamas pada Minggu (5/11/2023) mengatakan, militer Israel menyerang kamp pengungsi Gaza pada Sabtu malam, menewaskan sedikitnya 38 orang. Serangan pada Sabtu malam tersebut dilancarkan Israel ketika seruan gencatan senjata oleh dunia Arab ditolak oleh Amerika Serikat dan Israel.
Pejabat kesehatan Gaza melaporkan pada hari Sabtu bahwa lebih dari 9.488 warga Palestina telah tewas dalam perang tersebut, sejak pejuang Hamas melancarkan serangan mendadak ke Israel selatan pada 7 Oktober lalu.
Israel terus menyerang Jalur Gaza melalui udara, laut, dan darat semalaman. Pejabat kesehatan Gaza mengatakan serangan udara Israel menghancurkan sekelompok rumah di kamp pengungsi Maghazi di Gaza tengah.
Salama Marouf, kepala kantor media pemerintah Hamas mengatakan, serangan Israel di Maghazi menewaskan sedikitnya 38 warga Palestina dan melukai 100 orang. Sebuah kantor berita Palestina sebelumnya melaporkan 51 orang tewas.
Marouf mengatakan sejumlah orang masih hilang dan petugas penyelamat berusaha mencari mereka di bawah reruntuhan rumah yang hancur.
Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar. Israel mengatakan mereka menargetkan Hamas, bukan warga sipil, dan kelompok militan tersebut menggunakan penduduk sebagai tameng hidup.
Para menteri luar negeri dari Qatar, Saudi, Mesir, Yordania dan Uni Emirat Arab bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Amman pada hari Sabtu dan mendorong Washington untuk membujuk Israel agar menyetujui gencatan senjata.
“Perang ini hanya akan menimbulkan lebih banyak penderitaan bagi warga Palestina, bagi Israel, dan ini akan mendorong kita semua kembali ke dalam jurang kebencian dan dehumanisasi,” kata Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi pada konferensi pers bersama Blinken.
“Jadi, hal itu perlu dihentikan,” tambahnya.
Namun, diplomat terkemuka AS menolak gagasan gencatan senjata. Diplomat tersebut mengatakan bahwa gencatan senjata akan menguntungkan Hamas. Melalui gencatan senjata, militan Hamas berpeluang untuk berkumpul kembali dan menyerang lagi.
Washington telah mengusulkan jeda lokal dalam pertempuran untuk memungkinkan masuknya bantuan kemanusiaan dan agar orang-orang meninggalkan Jalur Gaza yang berpenduduk padat. Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak hal tersebut saat bertemu Blinken pada Jumat di Tel Aviv.
Blinken akan mengunjungi Turki pada hari Senin untuk melakukan pembicaraan mengenai konflik tersebut, melanjutkan perjalanan keduanya ke wilayah tersebut sejak konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung puluhan tahun kembali terjadi.
Serangan dan pengepungan Israel telah menimbulkan kekhawatiran global terhadap kondisi kemanusiaan di wilayah pesisir yang sempit tersebut.
Demonstran pro-Palestina melancarkan protes pada hari Sabtu di kota-kota termasuk London, Berlin, Paris, Istanbul, Jakarta dan Washington, menuntut gencatan senjata.
Puluhan ribu orang berkumpul di Washington untuk mengecam kebijakan perang Presiden Joe Biden dan menuntut gencatan senjata. Beberapa diantaranya membawa poster bertuliskan “Kehidupan Palestina Penting”, “Biarkan Gaza Hidup” dan “Darah mereka ada di tangan Anda”.
Di Indonesia, negara dengan populasi Muslim terbesar di dunia, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan kepada puluhan ribu orang yang berkumpul di Jakarta pada hari Minggu bahwa pemerintah menegaskan kembali dukungannya terhadap perjuangan rakyat Palestina dan akan mengirimkan bantuan kedua. (pp04)