TANGERANG | patrolipost.com – Kejanggalan demi kejanggalan yang ditemukan dalam pelarian Cai Changpan dari Lapas Kelas I Tangerang memunculkan sebuah dugaan. Terpidana mati kasus narkoba asal Tiongkok itu berhasil lolos lantaran ada keterlibatan oknum petugas lapas.
Wakil Ketua Komisi III DPR Desmond Junaidi Mahesa melihat banyak kejanggalan dalam kasus tersebut. Misalnya, tidak ada tanah sisa galian dan ubin keramik yang dicopot untuk membuat lubang.
”Kita lihat tanahnya nggak ada. Tidak mungkin orang memecahkan keramik kalau keramik tidak ditemukan,” ujarnya setelah sidak di Lapas Kelas I Tangerang kemarin (23/9).
Desmond menggambarkan, lubang itu berada tepat di bawah tempat tidur. Kedalamannya mencapai 3 meter dan panjang sekitar 28 meter. Diameter lubang pun sangat kecil. Hanya muat satu orang. Menurut dia, oksigen akan sangat terbatas jika Cai Changpan kabur melewati lubang tersebut. ”Jadi, untuk menggali 3 meter ke bawah, berapa banyak tanah, oksigen tidak ada, habis itu lurus 28 meter itu tidak ada buangan tanah. Jadi, ini gimana? Kayak manusia cacing sebenarnya,” ungkapnya.
Sementara itu, kaburnya Cai Changpan dinilai mirip yang pernah terjadi di Lapas Kelas II-A Kerobokan, Bali. Kriminolog Leopold Sudaryono menyatakan bahwa pelarian semacam itu diduga merupakan kerja sama yang cukup baik antara napi dan beberapa pihak.
Pada 19 Juni 2017, empat napi asing kabur dari Lapas Kelas II-A Kerobokan. Yakni, Shaun Edward Davidson alias Eddie Lonsdale alias Michael John Bayman bin Eddi (Australia), Dimitar Nikolov Iliev alias Kermi bin alm Nikola Iliev (Bulgaria), Sayed Mohammed Said (India), dan Tee Kok King bin Tee Kim Sai (Malaysia).
Keempat napi kabur melalui lubang yang tembus di gorong-gorong luar lapas. Sama dengan di Lapas Kelas I Tangerang, gorong-gorong yang menjadi pintu keluar napi itu sebenarnya tidak jauh dari menara pantau lapas. Selain itu, ditemukan kejanggalan dalam pelarian tersebut. Salah satunya, kamera closed circuit television (CCTV) di dalam lapas tidak berfungsi. (305/jpc)