Tiga Busana Adat Gianyar Tampil di PKB XLVII

busana 222222
Tim Penggerak PKK Gianyar perkenalkan berbagai busana adat yang lazim digunakan dalam ritual keagamaan di Gianyar saat parade busana adat se-Provinsi Bali di Gedung Ksirarnawa Denpasar, Minggu (28/6/2025). (kominfo)

GIANYAR | patrolipost.com – Parade busana adat khas kabupaten/kota se-Bali menjadi ajang memperkenalkan keberagaman pakem, ragam hias dan tata cara penggunaan busana dalam pelaksanaan Upacara Yadnya di Gedung Ksirarnawa Denpasar, Minggu (28/6/2025).

Tim Penggerak PKK Gianyar memperkenalkan berbagai busana adat yang lazim digunakan dalam ritual keagamaan di beberapa daerah di Gianyar, seperti busana dalam tradisi Tampyog Labuh Geni, Busana Premas Bedulu serta Busana Ngerebeg dari Desa Tegallalang saat parade busana adat se Provinsi Bali.

Sekretaris 1 TP PKK Gianyar, Ny Ida Ayu Diana Dewi Agung Mayun memaparkan bahwa utsawa busana adat merupakan wahana pengenalan keberagaman pakem, ragam hias, tata cara, tatanan dan etika penggunaan busana adat yang berkaitan erat dengan pelaksanaan upacara yadnya maupun upacara adat di desa.

Dilanjutkan Ny Diana Dewi, Gianyar menampilkan busana yang dipakai dalam tradisi Tampyog Labuh Geni yang merupakan sebuah tradisi yang berasal dari Desa Manukaya Let, Tampaksiring Gianyar. Tradisi tersebut menggambarkan sebuah proses ritual persembahan dengan rasa tulus ikhlas sebagai simbol wujud bakti, dalam konsep ritual api.

Dimana dalam pelaksanaannya ada 3 busana yang digunakan yakni busana Pengiring Sekeha Bebaturan Baris dengan busana udeng putih meilut, memakai daun pandan di telinga, bunga pucuk, memakai kamen putih, mebulet, memakai kampuh kuning, umpal berwarna hijau, dan membawa daun pisang.

“Adapula Pengiring Sekeha Bebaturan Undagi dengan busana udeng metengkuluk ilut, memakai daun girang dan bunga pucuk, memakai kamen putih, memakai kampuh poleng, umpal putih, dan membawa bambu pekuluh. Serta Jan Banggul dengan busana pakaian serba putih,” jelasnya.

TP PKK Gianyar juga memperkenalkan busana Premas Bedulu, Premas adalah pengayah istri yang telah disucikan bertugas sebagai serati banten serta beberapa orang yang menjadi Premas karena berkaul. Busana yang digunakan oleh Premas sangatlah sederhana, meliputi kebaya putih, kamen hitam polos dan selendang putih. Untuk riasan kepala rambut diikat rapi menggunakan kain putih dihiasi bunga cempaka dan pucuk. Selain memiliki tugas penting dalam menyiapkan sarana upakara, keberadaan premas juga memiliki peran penting dalam tradisi Siat Sampian yang ada di Pura Samuan Tiga yang terletak di Desa Bedulu, Blahbatuh, Gianyar.

Gianyar juga memperkenalkan tradisi Ngerebeg yang merupakan suatu tradisi kuno yang berada di Desa Pekraman Tegallalang Gianyar. Tradisi Ngerebeg berasal dari Bahasa Kawi yang berarti mengusir atau menempatkan para wong samar di sebuah tempat.

Busana dalam tradisi Ngerebeg peserta menghias diri mereka dengan cat, termasuk wajah supaya terlihat seram, tampak berbeda dari wajah aslinya sehingga tidak bisa dikenali dan menjadi menyerupai wong samar.

Dilanjutkan Ny Diana Dewi, bahwa dirinya berharap dengan parade peragaan busana tersebut akan menumbuhkan kecintaan masyarakat Bali untuk bangga menggunakan produk tekstil lokal perajin Bali sebagai upaya pemberdayaan potensi ekonomi dan budaya Bali.

“Harapan tentunya dengan peragaan busana ini dapat menumbuhkan rasa cinta dan bangga terhadap warisan budaya, pelestarian budaya lokal, serta wadah kreativitas dan inovasi desainer lokal, dan memperkuat identitas Kabupaten Gianyar sebagai sentra seni dan budaya,” harapnya. (kominfo)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *