TPPS Gianyar Evaluasi Program Pencegahan Stunting

stanting 111111
Tim Percepatan Penurunan Stunting Kabupaten Gianyar evaluasi intervensi spesifik stunting di ruang rapat Bappeda Gianyar, Kamis (22/2/2024). (kominfo)

GIANYAR | patrolipost.com – Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Gianyar menggelar pertemuan dalam rangka mengevaluasi intervensi spesifik stunting di ruang rapat Bappeda Gianyar, Kamis (22/2/2024).

Hal ini dilakukan karena adanya indikasi peningkatan kasus stunting di Gianyar, padahal intervensi spesifik dan intervensi sensitif yang dilakukan telah melampaui target.

“Intervensi Spesifik pengentasan stunting di Gianyar telah dilaksanakan dengan baik dari tingkat teratas hingga ke tingkatan terbawah, namun jumlah balita stunting terus meningkat. Sebenarnya Dimana letak permasalahannya?,” tanya Kadis Kesehatan Kabupaten Gianyar Ni Nyoman Ariyuni.

Dijelaskannya ada beberapa intervensi spesifik yang telah dilakukan dalam upaya pencegahan dan penanganan stunting, seperti pemberian tablet tambah darah kepada remaja putri (usia 12 18 th) dan ibu hamil selama kehamilan, pemberian asupan gizi bagi ibu hamil kekurangan energi kronik, asupan gizi untuk bayi berusia 6-23 bulan serta intervensi lainnya hingga pemberian imunisasi dasar lengkap.

Disamping itu, intervensi sensitif seperti akses air bersih, jambanisasi atau sanitasi juga telah diberikan serta pendampingan keluarga rentan diberikan bantuan tunai bersyarat dan semuanya telah berjalan baik dengan capaian 90 persen lebih. Meski demikian, kenyataannya jumlah balita stunting di Gianyar terindikasi meningkat.
Angka stunting tahun 2023 sebesar 4,1 persen mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2022 dengan angka stunting sebesar 3,2 persen.

Ariyuni juga memaparkan berbagai hambatan yang dihadapi dalam pengentasan stunting seperti masih kurangnya keterampilan kader dalam pengukuran antropometri serta ketersediaan antropometri kit terstandar di posyandu yang terbatas.

“Ada juga disebabkan rendahnya rujukan balita stunting ke RS, Balita stunting yang sudah ditangani di RS (hanya mencapai 13 persen) dan mendapatkan rekomendasi dari Dokter Spesialis Anak belum terpantau secara optimal setelah dipulangkan,” jelasnya.

Untuk menjawab kendala yang ada, Ariyuni memaparkan beberapa solusi seperti merencanakan refreshing kader posyandu dalam pengukuran antropometri di tahun 2024. Melakukan kunjungan dokter spesialis anak dan tenaga kesehatan dari RSUD Sanjiwani, RSU Payangan dan rumah sakit swasta ke 7 kecamatan serta diharapkan pendampingan keluarga lebih diintensifkan.

Sementara itu, Technical Assistant Satgas Stunting Provinsi Bali Drg. Anak Agung Gde Suputra menerangkan perkembangan stunting di Gianyar sejak Tahun 2021 berdasarkan hasil Studi Status Gizi Indonesia oleh Kemenkes RI sebesar 5,1 persen dan meningkat menjadi 6,3 persen di Tahun 2022.

Dirinya juga memaparkan kendala yang dihadapi tahun 2023 seperti partisipasi kehadiran dan keaktifan peserta kegiatan belum maksimal, pelaksanaan 5 tematik stunting belum seluruhnya terlaksana sesuai dengan juknis/pedoman.

“Ada juga kendala seperti pemahaman pemerintah kabupaten kota tentang tagging stunting belum optimal, pelaksanaan monitoring, evaluasi dan manajemen data di tingkat kabupaten/kota belum optimal,” jelasnya.

Dirinya juga menawarkan berbagai solusi seperti peningkatan komunikasi, koordinasi dan monitoring serta evaluasi dalam pelaksanaan program dan kegiatan percepatan penurunan stunting.

“Melakukan updating dan evaluasi secara berkala hasil pendampingan keluarga yang dilaksanakan oleh TPK, Melakukan bimbingan teknis secara berjenjang, monitoring kesepakatan bersama antara Perwakilan BKKBN Provinsi Bali dengan Majelis Desa Adat dan Majelis Agama tentang penguatan penjaringan calon pengantin,” harapnya. (kominfo)

Pos terkait