DENPASAR | patrolipost.com – Posisi Pulau Bali sangat strategis dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia dan perairan laut lepas.
Bali berada di titik tengah Daerah Penangkapan Ikan di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara Republik Indonesia (WPPNRI) 573 (Samudera Hindia sebelah Selatan Jawa hingga sebelah Selatan Nusa Tenggara), serta berdekatan dengan WPPNRI 718 (Laut Arafura) dan perairan laut lepas di Samudera Hindia.
Dengan kedudukan ini, Bali berkontribusi cukup signifikan bagi perikanan tangkap Indonesia, khususnya perikanan Tuna-Tongkol-Cakalang (TTC). Berdasarkan hal itu, Pemerintah Provinsi Bali tengah mengembangkan konsep Perekonomian Bali yang saat ini didominasi hanya satu sektor saja yakni, pariwisata.
Konsep baru tengah dikembangkan oleh Pemprov Bali untuk transformasi perekonomian, bernama ‘Ekonomi Kerthi Bali’ yang bertumpu pada kekuatan dan potensi yang ada di alam Bali. Salah satunya, sektor pertanian dengan sistem pertanian organik dan sektor kelautan dan perikanan.
Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan, Pemprov Bali telah memetakan kekayaan kelautan. Di tahun 2022, ekspor produk perikanan di Bali mencapai 26.468 ton.
“Bali ini kecil, ternyata memiliki kekayaan perikanan yang luar biasa, ada perikanan tangkap, ikan hias, dan berbagai sumber daya kelautan. Potensi itu selama ini belum diberdayakan secara optimal,” kata Koster.
Hal itu disampaikan Gubernur Bali Wayan Koster pada Konferensi Tuna Indonesia dan Forum Bisnis Tuna Pesisir Internasional ke-7, di Legian, Kuta, Bali, Rabu (24/5/2023).
Saat ini pusat bisnis Perikanan Tuna di Bali berpangkalan di Pelabuhan Benoa. Jumlah armada penangkapan ikan sebanyak 762 unit kapal. Produksi Tuna, Tongkol, Cakalang pada tahun 2021 mencapai 51.897,1 ton.
Industri perikanan di Bali didukung oleh 75 Unit Pengolahan Ikan (UPI) Skala Menengah-Besar dengan sebagian besar produk berorientasi ekspor. Nilai Ekspor produk perikanan di Bali tahun 2021 mencapai 26.825 ton dengan total US$ 131,25 juta.
Sedangkan volume ekspor tahun 2022 mencapai lebih dari 26.468 ton dengan nilai US$ 136,80 juta. Share volume ekspor tuna (segar dan beku) rata-rata 35%.
“Kami perkirakan ke depan ini akan terus meningkat sejalan dengan upaya Kami di dalam memulihkan pariwisata Bali,” jelasnya.
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengatakan, Indonesia merupakan tempat wilayah penangkapan tuna. Kegiatan itu terjadi di perairan kepulauan, perairan teritorial, maupun di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia.
Indonesia merupakan negara produsen ikan tuna, cakalang, dan tongkol terbesar di dunia dengan kontribusi sekitar 15 persen. Pada tahun 2021, produksi tuna dan cakalang Indonesia mencapai 791.000 ton dengan nilai sekitar Rp 22 triliun.
Adapun yang diekspor sejumlah 174.764 ton senilai 732,9 juta USD atau lebih dari Rp 10,6 triliun.
“Saya berharap penetapan target dan limit reference point dalam harvest strategy jadi acuan dalam penentuan kuota pemanfaatan sumber daya ikan tuna,” jelas Sakti Wahyu Trenggono. (pp03)