JAKARTA | patrolipost.com – Saat ini tuberkulosis (TB) masih menjadi salah satu beban kesehatan di Indonesia dengan menduduki peringkat kedua dalam hal jumlah secara global. Data World Health Organization (WHO) global TB report 2018, kasus TB di Indonesia diperkirakan mencapai 842.000 dengan 442.172 kasus TB teridentifikasi dan 399.828 yang tidak teridentifikasi. Insiden TB pada laki-laki dewasa di Indonesia mencapai 492.000 kasus dan sebanyak 349.000 kasus pada perempuan dewasa dan 49.000 pada anak-anak.
“Guna mengakhiri epidemi TB pada tahun 2030 kami sadar bahwa sangat dibutuhkan kolaborasi dari berbagai sektor, termasuk pemerintah, swasta, dan NGO. Tingginya kasus TB di Indonesia, membuat kami semakin sadar bahwa sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai TB melalui beberapa inisiatif,” kata Presiden Direktur PT Johnson & Johnson Indonesia, Lakish Hatalkar. TB penyakit yang penularannya sangat cepat, mudah dan dapat mengancam siapapun tanpa memandang latar belakang orang tersebut.
Bakteri TB itu ditularkan melalui udara saat orang dengan TB batuk, berbicara atau menyanyi. Mereka memercikkan kuman TB ke udara, sehinga seorang lainnya dapat terpapar hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB. “Gejala TB antara lain batuk berkepanjangan, sakit di dada, batuk darah atau berdahak (dahak berasal dari paru-paru), mudah lelah, penurunan berat badan, tidak nafsu makan, panas dingin, demam, berkeringat di malam hari,” kata dokter Spesialis Paru dan pakar TB dan MDR-TB, Dr dr Erlina Burhan M.Sc, Sp.P(K).
Pada umumnya, TB dapat disembuhkan dengan menjalankan pengobatan dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dan sesuai anjuran dokter. Sebagian pasien TB terkadang berhenti menggunakan obat setelah beberapa bulan menjalani karena sudah merasa lebih baik. Ketidakpatuhan pasien TB dalam pengobatannya dapat memperburuk kondisi pasien tersebut hingga menjadi pasien Multi-Drug Resistant Tuberculosis (MDR-TB). MDR-TB adalah suatu kondisi dimana pasien resisten terhadap minimal dua obat anti TB paling ampuh.
Untuk menekan angka dan mengakhiri epidemi TB di Indonesia, sektor industri turut memegang peranan penting. Selain itu, keahlian dan pelatihan tenaga medis dalam mendeteksi dan menemukan kasus TB masih perlu ditingkatkan, supaya penanganan dan pengobatan TB dapat dilakukan sejak dini dan sesuai standar yang direkomendasikan. Melihat kebutuhan tersebut, PT Johnson & Johnson Indonesia pun tergerak. Demikian dikatakan Devy Yheanne selaku Country Leader of Communications & Public Affairs, PT Johnson & Johnson Indonesia.
Salah satunya penyelenggaran simposium dan pelatihan penanganan kasus. “Melalui sejumlah inisiatif yang telah kami lakukan di masa lalu dan sekarang, kami berharap masyarakat Indonesia jadi lebih paham mengenai gejala, pencegahan, pengobatan dan perawatan pasien TB. Kami juga berharap agar edukasi mengenai penyakit TB dapat terus berlanjut dan dilakukan secara merata di Indonesia. Sehingga, dengan meningkatnya pemahaman akan TB, maka diharapkan angka kasus TB di Indonesia dapat turun secara cepat,” tutup Devy. (sin)