Dalam launching rute baru armada yang berbasis di Istanbul itu di Nusa Dua, Kamis (18/07/2019), Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran II Kementerian Pariwisata RI, Nia Niscaya, mengungkapkan, 75 persen wisatawan mancanegara datang ke Indonesia melalui jalur udara, 40 persen di antaranya melalui pintu Bali.
“Jadi dengan adanya penambahan rute penerbangan Istanbul-Bali, jangkauan penerbangan menjadi luas,” kata dia. Nia mengakui, dari sisi jumlah, para turis yang datang melalui rute ini memang tidak sebanyak rute lain yang sudah ada. Tapi durasi tinggal (length of stay) terbilang lebih lama. Itu salah satu kelebihannya.
Dengan durasi tinggal yang lebih panjang, diharapkan pengeluaran para turis (spending of money) lebih banyak. Terlebih, selama ini Turki menjadi pengumpul (hub) berbagai jalur penerbangan Eropa. “Jangkuannya mencapai 124 negara, di Eropa saja 115. Jadi secara potensi ini besar, dan harganya juga kompetitif,” jelasnya.
Apalagi tambah Nia, konektivitasnya kini langsung ke tujuan utama pariwisata yaitu Bali. “Turki menjadi semacam hub dari berbagai destinasi di Eropa. Itulah kekuatan besar Turkish Airlines yang berbasis di Istanbul,” ungkap Nia. Karena itu, lanjutnya, diharapkan frekuensi penerbangan rute baru ini bisa meningkat jadi setiap hari.
Terkait penerbangan Istanbul-Bali ini, Wakil Presiden Senior Penjualan Turkish Airlines, Kerem Sarp, mengatakan, pihaknya merasa sangat terdorong untuk meluncurkan penerbangan langsung baru ke tujuan yang lebih jauh di dunia. “Kami ingin terus memperkuat misi kami untuk menjangkau seluruh penjuru di dunia,” ujarnya.
Inaugural Flight Turkish Airlines digelar Rabu (17/07/2019) malam, di Terminal Kedatangan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai. Menunjang kenyamanan, Turkish Airlines menggunakan Boeing 787 Dreamliner berkapasitas 300 (30 bisnis dan 270 ekonomi). Tarifnya sekitar USD 748 (termasuk pajak dan biaya). (vtr)