Virus Pseudomonas Solaracearum Serang Hektaran Kebun Pisang di Karangasem

AMLAPURA | patrolipost.com – Di tengah musim kemarau panjang dimana sebagian besar petani lahan tadah
hujan tidak bisa bercocok tanam, kini di
Karangasem muncul serangan virus Pseudomonas Solaracearum
dan Fusarium Oxysforum yang merusak kebun pisang petani. Akibatnya,
hektaran lahan atau kebun pisang yang tersebar di beberapa Kecamatan di
Karangasem dipastikan gagal panen.

Berdasarkan informasi dan pantauan di lapangan, serangan virus dan penyakit tanaman pisang ini hampir terjadi di seluruh wilayah Karangasem, utamanya di Kecamatan Manggis yang menjadi sentra penghasil buah pisang. Serangan penyakit atau virus Pseudomonas Solaracearum dan Fusarium Oxysforum terparah terjadi di wilayah Kecamatan Karangasem.

“Hampir sebagian besar pohon pisang di sini rusak oleh serangan virus. Bagian daunnya kuning dan layu sedangkan buahnya busuk,” ungkap Umar salah satu warga Gelumpang, Kamis (10/10).

Pseudomonas Solaracearum atau yang sering disebut sebagai layu bakteri, merupakan jenis penyakit tanaman pisang yang menyebabkan kelayuan, dan jenis penyakit ini biasanya akan terlihat saat tandan buah pisang keluar. Ciri-ciri pohon pisang yang terkena penyakit Pseudomonas Solaracearum ini bisa dikenali dari daun muda atau plosor yang mengalami perubahan warna. Awalnya kerlihat garis coklat kekuningan ke arah tepi daun sebelum kemudian mengering dan layu.
Ciri lainnya yakni keluar lendir dari buah pisang yang mengeluarkan bau. Sedangkan penyakit layu fusariu, atau Fusarium Oxysforum bisa dilihat dari ciri-cirinya yakni menguningnya daun pidang yang diikuti kelayuan pada pelepah.

Terkait dengan serangan penyakit pisang yang mulai membuat galau para petani pisang di Karangasem ini, Kadis Pertanian I Wayan Supandhi didampingi Kabid Horti, Puti Sarjana kepada wartawan di ruang kerjanya Kamis (10/10) mengaku pihaknya belum menerima informasi secara menyeluruh terkait serangan penyakit pisang dari petugas lapangan di masing-masing kecamatan. Namun pihaknya membenarkan adanya serangan penyakit pisang tersebut.

“Kami sudah melakukan penyuluhan dan upaya pengendalian dengan turun langsung ke lokasi. Penyakit pisang ini tidak semua diakibatkan oleh serangan virus tapi ada juga yang diakibatkan oleh serangan ulat buah,” sebutnya.

Karena ini merupakan serangan virus dan bukan hama, maka pengendalian yang bisa dilakukan hanya Eradikasi, yakni membabat pohon pisang yang terkena virus hingga ke umbinya kemudian membakarnya agar penyakitnya tidak menyebar.

Selain melakukan Eradikasi pihaknya melalui penyuluh di masing-masing kecamatan juga melakukan penyuluhan atau sekolah lapangan kepada petani utamanya terkait pola tanam. Seperti dilakukan di Desa Seraya, Kecamatan Karangasem dan di beberapa desa di Kecamatan Manggis, salah satunya di Dusun Yeh Poh, Manggis.

“Ya memang kadang petani sendiri masih sayang untuk menebang pohon pisang mereka yang terkena virus, dengan alasan masih dicari daunnya. Tapi jika terlambat malah penyakit akibat serangan virus ini malah cepat menyebar,” lontarnya.

Pihaknya saat ini mengaku belum mendapatkan data riil berapa hektar lahan kebun pisang di Karangasem yang terserang penyakit atau virus, lantaran petani agak enggan melapor ke Dinas Pertanian. Sedangkan akibat gagal panen oleh serangan virus ini harga pisang di pasaran melambung tinggi mencapai Rp 5.000 perbiji. (004)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.