MANGUPURA | patrolipost.com – Kenyataan pahit yang dialami masyarakat Bali akibat pandemi Covid-19 diungkapkan Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Sukawati. Menurutnya, sudah dua tahun masyarakat Bali yang menggantungkan hidup dari pariwisata dalam kondisi memprihatinkan. Banyak yang menjual barang-barang di rumah, bahkan ada yang menjual mainan anaknya untuk bertahan hidup.
Nasib miris masyarakat Bali yang bekerja di sektor pariwisata itu diceritakan Wagub yang akrab dipanggil Cok Ace ketika membuka Festival Pandawa X dan Kontes Bonsai Nusantara The Max Under 30cm di Pantai Pandawa, Desa Adat Kutuh, Badung, Rabu (15/12/2021).
“Kondisi yang Saya perhatikan semenjak pandemi ini terjadi, benar-benar memprihatinkan, begitu miris. Selama dua tahun terakhir ini, awalnya masyarakat Bali masih bisa bertahan, namun kebelakang Saya lihat sudah semakin memburuk. Dari awalnya menjual barang-barang yang dianggap kurang perlu, sampai ada yang menjual mainan anak-anaknya. Bisa dibayangkan bagaimana perasaan mereka sampai harus menjual mainan milik anak yang mereka sayangi, yang harganya juga tidak seberapa,” ujarnya.
Kondisi yang memprihatinkan itu, menurut Cok Ace, menjadi tantangan pemerintah dan pemangku kepentingan yang harus dijawab yakni bagaimana memulihkan sektor pariwisata di tengah masih berlangsungnya pandemi Covid-19. Semua pihak harus bahu membahu mencari solusi penyelamatkan nasib jutaan masyarakat yang sangat tergantung kepada kunjungan wisatawan ke Bali.
“Bali terdampak paling parah akibat pandemi Covid-9 karena sangat tergantung kepada sektor pariwisata. Perekonomian Bali mengalami kontraksi paling parah diantara provinsi lainnya di Indonesia,” ujar Cok Ace yang juga penglingsir Puri Ubud Gianyar ini.
Bertolak dari kondisi itulah, Wagub bersama Gubernur Bali Wayan Koster, telah memperjuangkan kondisi Bali terutama sektor pariwisata yang menjadi tumpuan masyarakat Bali, agar bisa sedikit bernafas meraih kucuran rupiah dari wisatawan di pengujung tahun 2021. Sebab, biasanya pengujung tahun menjadi masa ‘panen’ pariwisata, dimana wisatawan menghabiskan waktu liburannya berwisata ke Bali.
Itulah sebabnya, Cok Ace mengaku sempat menyampaikan keberatan kepada pemerintah pusat melalui Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif terkait rencana menerapkan PPKM Level 3 di seluruh Indonesia selama liburan Nataru, terhitung 24 Desember 2021 sampai 4 Januari 2022. Sebab, kodisi ril perkembangan kasus Covid-19 di Bali sudah kondusif dan berada di Level 2. Untungnya kemudian pemerintah pusat membatalkan kebijakan yang dipastikan sangat merugikan upaya pemulihan pariwisata Bali itu.
Terkait perkiraan pariwisata Bali akan pulih dalam kurun waktu 3-4 tahun ke depan, Cok Ace menilai masyarakat Bali tidak bisa hanya diam selama kurun waktu pemuliham tersebut. Mengingat besarnya ketergantungan masyarakat Bali kepada sektor pariwisata, ke depan harus dirancang pengembangan sektor lainnya beriringan dengan sektor pariwisata menuju ketahanan ekonomi Bali yang lebih baik.
“Menjawab tantangan tersebut, kami telah mengajukan dua strategi target yang harus kita lakukan menyikapi kondisi saat ini. Pertama, bagaimana kita meningkatkan daya tahan Bali, dan yang kedua pengembangan daya saing Bali,” rincinya.
Terkait peningkatan daya tahan, Wagub Cok Ace menyampaikan upaya dari sisi ketahanan kesehatan yang telah diupayakan Pemprov Bali melalui program vaksinasi yang saat ini telah mencapai lebih dari 105% untuk tahap pertama, lebih dari 90% untuk tahap kedua.
Dari sisi ketahanan ekonomi, Pemprov Bali sebelum pandemi berlangsung sudah mengeluarkan berbagai kebijakan sebagai dasar pijakan pembangunan, serta mendorong pembangunan infrastruktur di tengah keterbatasan dalam menghadapi pandemi. Program yang direncanakan pun menjadi terhambat setelah pandemi terjadi, namun tidak akan mengurangi niat pemerintah dalam membangun di tengah keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Sementara itu, dari sisi peningkatan daya saing Bali, Wagub Cok Ace mengungkapkan pariwisata Bali dari awal berkembangnya bukanlah by design seperti destinasi – destinasi pariwisata lain seperti Mandalika atau Labuan Bajo. Namun pariwisata Bali lahir secara alami yang berasal dari nilai lebih yang dimiliki alam, budaya dan manusia Bali. Sehingga dalam perkembangannya sering paradoks, bahkan merusak alam, budaya dan manusia Bali sendiri.
Untuk itu Cok Ace I mengajak para pelaku pariwisata Bali untuk kembali pada rancangan pembangunan pariwisata berkelanjutan atau sustainable tourism. Yakni pariwisata yang tidak merusak tiga sumber daya yang dimiliki, yakni tidak merusak alamnya, tidak merusak budayanya, dan tidak merusak manusianya.
“Semua stake holder, pemerintah daerah, pelaku pariwisata, mari kita duduk bersama mengupayakan perbaikan pariwisata kita, apa yang bisa kita lakukan. Perbaikan harus dilakukan secara bersama-sama. Mari kita pikirkan bersama dengan pikiran jernih, agar pariwisata bisa kembali, dan bisa dinikmati untuk anak cucu kita,” pungkasnya.
Sementara itu, Bendesa Adat Kutuh Jro Nyoman Mesir menyampaikan apresiasi atas kehadiran Wagub Cok Ace, yang diharapkan menjadi motivasi bagi masyarakat setempat yang mayoritas mengandalkan penghidupan dari sektor pariwisata di Pantai Pandawa.
“Hampir 200 kios yang dikelola masyarakat kami, gulung tikar selama pandemi Covid-19. Apa yang bisa kami lakukan, mohon arahan dan petunjuknya. Kami siap berbenah demi kelangsungan pariwisata Pantai Pandawa,” ujarnya.
Nyoman Mesir menyampaikan festival sebagai bagian ajang promosi pariwisata Pantai Pandawa dan telah menjadi agenda rutin tahunan para travel agen mengarahkan tujuan wisata kustomernya. Oleh karena tetap bisa berlangsungnya festival tersebut, Ia berharap bisa sedikit beranjak dari keterpurukan akibat dampak pandemi. (zar)