DENPASAR | patrolipost.com – Menjelang akhir tahun 2020 Bali mulai tancap gas mempersiapkan penyambutan wisatawan mancanegara (wisman). Mulai dari kelengkapan sertifikasi CHSE fasilitas pariwisata sampai vaksinasi secara masif.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati memaparkan, kesiapan bukan hanya dari faktor internal. Namun juga dari faktor pendukung yang memungkinkan pariwisata Bali dibuka kembali untuk wisman dalam waktu dekat.
“Pemerintah juga telah menyiapkan grand design skema wisatawan mancanegara di Bali,” kata Cok Ace, Minggu (26/9/2021/).
Menurutnya, pelaku pariwisata telah menyiapkan diri dengan baik. Lebih dari 2.000 hotel, restoran dan destinasi pariwisata sudah mengantongi sertifikat CHSE dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif 1.200 akomodasi dan destinasi pariwisata bakal menyusul untuk CHSE.
Ia menambahkan, program vaksinasi digeber cepat agar target vaksinasi dosis pertama dan kedua tuntas paling lambat awal Oktober. Data terakhir capaian vaksinasi di Bali sudah mengcover hampir 97% untuk vaksinasi pertama dan lebih dari 73% untuk vaksinasi kedua.
Untuk fasilitas kesehatan, ada 62 RS rujukan Covid-19 dan 25 laboratorium PCR dengan kemampuan tes sampel lebih dari 4.000 per hari. Selain itu, tenaga kesehatan, obat-obatan hingga oksigen juga sudah sangat memadai di Bali.
Meski persiapan telah matang, pemangku kepentingan maupun pelaku pariwisata Bali menyadari potensi Covid-19 yang masih mengancam. Maka dari itu, muncul ide untuk membuat grand design pengaturan wisman mulai kedatangan hingga kepulangan.
“Untuk menjamin keamanan, pemerintah telah menjalin kerjasama dengan TNI/Polri untuk menjaga secara ketat pintu-pintu masuk Bali, baik di bandara maupun pelabuhan,” ujarnya.
Grand design itu mengatur skema wisatawan mulai dari pintu kedatangan, testing, bagi yang positif akan dirujuk ke RS. Sementara, yang negatif melanjutkan perjalanan ke hotel karantina, skema berwisata hingga keberangkatan ke negara asal.
“Sehingga orang-orang yang masuk ke Bali benar-benar steril dan bebas dari Covid-19,” imbuhnya.
Sementara untuk pelaku pariwisata hingga karyawannya juga rata-rata sudah divaksin dosis kedua.
“Bahkan saat ini kami tengah menggenjot pemakaian aplikasi PeduliLindungi di setiap tempat umum di Bali,” tambah Cok Ace.
Dalam posisi penjajakan setelah dihantam pandemi, kata Cok Ace, porsi wisatawan juga tidak dibuka sepenuhnya untuk semua negara. Dari survei yang dilakukan, beberapa beberapa negara punya potensi length of stay yang bagus.
Ada empat negara yang dibidik jika border Bali dibuka yakni, Amerika, Inggris, Jerman dan Rusia. Kemampuan wisatawan dari negara tersebut rata-rata 2 minggu tinggal di Bali.
“Karena itu kita harus benar-benar menyiapkan, persiapan internal saat ini benar-benar harus dikebut,” jelasnya.
Sementara Ketua Ikatan Cendikiawan Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azahari mengatakan, meskipun penerapan Protokol Kesehatan sudah tinggi, ia harap pemerintah dan masyarakat tidak lengah jika pariwisata dibuka.
“Kita tentu tidak ingin pariwisata menjadi cluster baru penyebaran Covid-19,” kata Azril. (pp03)