PEKANBARU | patrolipost.com – Penyaluran bantuan pemerintah selama Pembatasan Sosial Bersakala Besar (PSBB) diduga tidak merata untuk semua warga, akibatnya, pelaksanaan PSBB tidak berjalan seperti yang diharapkan. Alasan warga, mereka harus keluar rumah untuk cari uang guna mencari nafkah.
Pantauan di lapangan, tepatnya disimpang empat Jalan Tuanku Tambusai, atau lebih dikenal simpang empat SKA, sejak pukul 21.30 WIB, hingga pukul 23.00 WIB, tampak masyarakat masih ramai melintas di jalan tersebut. Bahkan tidak sedikit juga masyarakat yang berkendara dan tidak mengindahkan imbauan pemerintah untuk mengunakan masker maupun melakukan protokol berkendara, seperti kendaraan roda dua dilarang berboncengan.
Seorang warga bernama Mahmul yang sehari-harinya bekerja sebagai kuli bangunan, dan serabutan (jika jasanya dibutuhkan untuk bekerja upahan oleh orang lain) ketika diwawancarai mengaku harus keluar rumah untuk bekerja, karena jika tidak bekerja, keluarga kecilnya bisa kelaparan di rumah.
”Kalau saya nggak kerja, nggak ada uang makan. Hutang sudah banyak sekarang, anak saya satu sementara istri juga tidak bekerja. Sejak Corona inilah nggak ada dapat kerja lagi,” ujar Mahmul, di simpang empat SKA.
Mahmul mengaku dari awal virus Corona merebah di Kota Pekanbaru, dan ada imbauan pemerintah untuk diam di rumah, keluarganya belum pernah merasakan bantuan khususnya sembako dari pemerintah, karena dia tidak bisa melengkapi syarat administrasi yang ditentukan pemerintah.
“Saya berharap dibantu, dikasih apa gitu, ya bantuanlah. Sementara kalau mau dapat saya harus melengkapi surat-surat, KK, KTP,” keluh Mahmul dengan wajah memelas.
Seorang warga lain, bernama Rudi Harianto juga mengaku nekat keluar rumah karena hendak pergi bekerja.
“Iya saya tahu PSBB sudah dimulai dari hari ini, tapi saya ini kan mau pergi kerja. Saya lihat masyarakat juga masih banyak yang di luar tidak mengikuti imbauan pemerintah. Ya kita berharaplah Corona ini cepat berlalu supaya kita bisa beraktivitas seperti biasa lagi,” ujar Rudi.
Sementara Jhoni, warga Cipta Karya juga mengeluhkan sulitnya ekonomi pada saat ini. Untuk mendapatkan uang ia terpaksa berjualan hingga tengah malam.
”Kalau nggak jualan, ya nggak makan,” ucapnya seperti putus asa.(305/grc)