SURABAYA | patrolipost.com – Lahar dingin erupsi Gunung Semeru menerjang dan mengubur apa saja yang dilewatinya. Tak terkecuali Dusun Renteng, Desa Sumberluwuh, Kecamatan Candipuro, Lumajang.
Rumah-rumah dan hewan ternak warga terpendam hanya menyisakan atapnya saja. Bahkan truk-truk penambang yang saat itu sudah membawa pasir tak luput dari abu vulkanik dan pasir erupsi Semeru.
Pantauan di lokasi pemilik truk berdatangan membawa sekrop berusaha menggali pasir yang menimbun kendaraannya. Aliyadi (44), salah satu sopir berusaha mencari surat-surat dan dokumen yang tertinggal di dalam truk.
Meski begitu dirinya bersyukur berhasil menyelamatkan diri saat awan panas guguran turun ke Dusun Renteng. Dirinya mengaku lari sekencang-kencangnya tanpa melihat ke belakang.
“Saya kaget truknya terpendam setinggi ini. Ternyata rumah-rumah warga nasibnya sama, kependem pasir,” kata Aliyadi sembari menggali pasir, Minggu (5/12/2021).
Dia mengaku saat itu truknya berada di belakang sendiri karena banyak truk akan meninggalkan lokasi setelah melakukan penambangan. Karena posisinya di belakang sendiri, dirinya berfikir untuk lari saja untuk menyelamatkan diri.
“Truk saya lumayan di belakang (Posisinya). Nah, kan banyak truk di depan saya, karena cuaca hujan juga. Karena jalan lambat, saya keluar dari truk langsung lari dulu, saya mikirnya cari selamet dulu,” tuturnya.
“Ini pasir segini banyak bisa 2 minggu selesainya (membersihkan pasir). Saya juga ngungsi, nanti semoga pemerintah bantu, tadi Ibu Gubernur juga sempat menyapa kami, beliau akan mengusahakan bantuan,” tandas Fatchul.
Sebelumnya, Gunung Semeru erupsi sekitar pukul 14.47 WIB. Warga berlarian menyelamatkan diri. Beberapa desa yang terdampak awan panas Gunung Semeru, yakni Kecamatan Pronojiwo meliputi Desa Curah Kobokan dan Desa Supiturang. Serta Kecamatan Candipuro meliputi Desa Sumberwuluh.
Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati Masdar menyebut 12 orang meninggal di kawasan Curah Kobokan. 41 Korban mengalami luka bakar lahar panas, 2 di antaranya ibu hamil yang mengandung usia 8 dan 9 bulan. Mereka dirawat di Puskesmas dan RS untuk perawatan intensif. Rata-rata korban mengalami luka bakar di wajah, tangan, kaki hingga sekujur tubuhnya. (305/dtc)