Kelompok Pemuda Sumba Kembali Bikin Onar: Mabuk dan Nantang Warga Penyarikan Kelurahan Benoa

warga sumba
Pihak Kepolisian berusaha menenangkan warga yang emosi karena ditantang warga SBD NTT. (ist)

DENPASAR | patrolipost.com – Kelompok pemuda/warga Sumba Barat Daya (SBD) NTT, kembali bikin onar di Bali. Kali ini sekelompok warga asal SBD dalam keadaan mabuk menantang warga Lingkungan Penyarikan Kelurahan Benoa, Kuta Selatan, Badung.

Kejadiannya berlangsung Minggu (29/9/2024) sekira pukul 21.00 Wita. Berawal saat  seorang warga Penyarikan I Wayan Mega (50) yang sedang  duduk – duduk di warung bersama dua orang warga lainnya. Saat itu muncul seorang warga kelompok Sumba atas nama Nikodemus Nigha Bombo alias Nikson mengendarai sepeda motor mondar-mandir dengan kecepatan tinggi dan suara knalpot yang sangat keras.

Bacaan Lainnya

Warga yang terganggun menghentikannya untuk menegur. Namun setelah berhenti, pria asal Kampung Kabappa, Bondokodi, Kabupaten Sumba Barat Daya itu bertanya kepada Mega: “Kkamu siapa?” dan dijawab, “saya warga sini, tolong jangan ngebut, entar klo nabrak pasti minta maaf”.

Setelah menegur, keduanya sempat beradu dada yang mengakibatkan sepeda motornya terjatuh dan kejadian ini dilerai oleh I Made Sukarma. Selanjutnya warga asal Sumba itu menantang dengan kata-kata: “Tunggu di sini, saya akan membawa teman” yang kemudian dibuntui oleh I Made Sukarma.

Beberapa saat kemudian datang delapan warga orang Sumba dengan membawa bambu, balok dan besi sambil menantang warga. Sehingga saat itu seorang warga Penyarikan atas nama I Made Sugiarta menghubungi Kaling dan Kaling menghubungi Pecalang yang selanjutnya memukul kentongan. Tak lama kemudian, warga masyarakat keluar rumah sehingga delapan orang Sumba tersebut melarikan diri.

“Namun salah seorang diantara mereka berhasil tertangkap oleh warga masyarakat dan diamankan di Balai Banjar,” terang seorang petugas.

Sementara keterangan Redi Mursidin (39) yang bekerja di proyek bersama dengan orang Sumba, bahwa kelompok ini dari Sabtu (28/9) malam melakukan pesta miras yang diiringi dengan musik. Karena pesta miras larut malam maka bedeng sempat dilempari batu oleh seseorang dari luar. Pesta miras kembali dilanjutkan pada hari Minggu (29/9) pukul 17.00 Wita.

“Mereka (kelompok Sumba – red) kembali mengadakan acara minum-minum dan berkaraoke dengan mengundang teman-teman asal Sumba dari luar. Dan pukul 21.30 Wita saya baru mengetahui telah terjadi keributan dengan warga sekitar,” ungkapnya.

Identitas warga Sumba yang melakukan penyerangan, yaitu Nikodemus Nigha Bombo dengan alamat asal Kampung Kabappa, Bondokodi, Sumba Barat Daya, Yosep Ndara Milla asal Desa Mangga Nipi, Sumba Barat Daya, Agustinus Hollo dari Desa Dingjo, Kodi Bangedo, Sumba Barat Daya, Lotensius Bali Meme alamat Desa Dingjo, Kodi Bangedo, Sumba Barat Daya, dan Imanuel Kondo asal Kampung Gang Dol, Desa Mangganipi, Sumba Barat Daya.

Akibat penyerangan tersebut, Agustinus Hollo mengalami luka di bagian kepala dan bibir. Sedangkan Imanuel Kondo mengalami luka di bagian kepala, pelipis kiri robek, dan bibir luka. Sementara barang bukti yang diamankan satu buah tas berisi 3 buah HP, satu besi linggis, satu besi cor, beberapa bambu, satu buah balok kayu dan satu buah sepeda motor bernomor polisi DK 4237 ER.

Kasi Humas Polresta Denpasar AKP I Ketut Sukadi mengatakan, Kapolsek bersama personel Polsek Kuta Selatan mendatangi lokasi dan segera melakukan upaya evakuasi dari kepungan massa dan selanjutnya mengamankan 5 orang dari kelompok warga Sumba ke Makopolsek Kuta Selatan.

“Tindakan Kepolisian melakukan upaya persuasif mengimbau massa agar tenang dan kembali ke rumah masing – masing,” katanya.

Keributan terjadi akibat pelaku Nikodemus Nigha Bombo yang dalam kondisi mabuk alkohol ditegur warga karena dianggap membawa motor dengan ugal-ugalan sehingga sempat terjadi percekcokan adu mulut. Nikodemus Nigha Bombo yang tidak terima ditegur kembali datang dengan membawa teman-temannya asal Sumba bersenjatakan besi dan kayu untuk membuat keributan dengan warga sekitar.

“Berdasarkan keterangan dari salah satu rekan kerja di proyek, dimana para pelaku asal Sumba kerap mengadakan kegiatan minum-minum di bedeng sambil menghidupkan musik yang cukup keras hingga tengah malam. Ulah mereka ini kerap mengganggu warga masyarakat di sekitar,” pungkasnya. (007)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.