SEMARAPURA | patrolipost.com – Wayan Sunarta (40) dan istrinya, Kadek Purwati (34) tidak pernah patah semangat untuk merawat sang putra, I Gede Aditya Saputra (16) yang menderita hidrosefalus sejak lahir. Penyakit kelebihan cairan di otak itu, membuat sulung dari 4 bersaudara itu tidak bisa tumbuh selayaknya remaja seusianya.
Gede Aditya sepanjang waktu hanya bisa terbaring di tempat tidurnya. Belasan tahun berlalu, kedua orang tuanya berharap sang putra sulung bisa tumbuh normal seperti anak seusianya.
Hal itu disampaikan I Wayan Sunarta saat ditemui di rumahnya di Banjar Kori Batu, Desa Tojan, Klungkung, Bali.
Wayan Sunarta menceritakan, dirinya baru mengetahui putra sulungnya mengalami hidrosefalus saat usianya masih menginjak 3 bulan. Ketika itu kepalanya terus membesar.
“Saya bawa ke puskesmas, lalu dirujuk ke RSUD Klungkung. Setelah mendapatkan pemeriksaan, anak saya didiagnosa mengalami hidrosefalus,” ujar Wayan Sunarta, Kamis (28/4).
Dua bulan setelah didagnosa hidrosefalus, Gede Aditya lalu menjalani operasi untuk menghilangkan kelebihan cairan di kepalanya. Hanya saja meskipun telah dioprasi, dokter tidak dapat menjamin putranya itu bisa berkembang dengan normal.
“Dokter setelah operasi memang sudah memberikan gambaran, kalau anak kami tidak bisa berkembang seperti anak pada umumnya. Namun dokter selalu meminta kami menjaga kesehatan dari anak kami,” jelas Sunarta.
Belasan tahun berlalu, Gede Aditya Saputra tidak mampu berkembang dengan normal. Tubuhnya kurus, serta kemampuan berpikirnya pun tidak seperti anak seusianya. Sehingga ia harus mendapatkan perawatan dari kedua orang tuanya.
“Anak kami tidak bisa bicara, tidak bisa berjalan. Hanya bisa mendengar dan merasa. Kalau lapar anak saya biasanya hanya menangis, kalau dengar suara keras juga menangis,” ujarnya.
Sehingga sampai sekarang, Gede Aditya hanya bisa terbaring di tempat tidur. Tubuhnya sangat kurus karena setiap hari hanya bisa mengkonsumsi bubur dan air. Ia harus hidup tergantung dengan kedua orang tuanya. Sementara kehidupan keluarga I Wayan Sunarta dalam keterbatasan.
Wayan Sunarta hanya pekerja buruh serabutan, sementara istrinya diberikan kesempatan untuk mengais rezeki sebagai cleaning service di RSUD Klungkung.
“Dulu ada pihak yayasan yang memberikan bantuan, saya ditawari kerja. Tapi sekarang sudah tidak lagi. Ada juga dibantu, istri dicarikan kerja sebagai cleaning service di RSUD Klungkung,” ungkapnya.
Waktu 16 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi pasangan Wayan Sunarta dan Kadek Purwati untuk merawat sang putra sulung. Keduanya tidak pernah lelah, memberikan perhatian khusus ke Gede Aditya, yang sampai saat ini hanya bisa terbaring di rumah.
Ia juga mengatakan, selama ini baik pemerintah dan pihak yayasan sudah banyak yang memberikan perhatian untuk meringankan beban keluarganya. Sementara pihak puskesmas juga secara berkala masih melakukan pengecekan kesehatan Gede Aditya.
Meskipun demikian, Wayan Sunarta tetap mengharapkan adanya mukjizat untuk kesembuhan sang anak. Sehingga putranya bisa tumbuh dan hidup normal seperti anak seusianya.
“Saya masih berharap adanya keajaiban, anak saya bisa sembuh dan dapat beraktivitas seperti remaja seusaianya,” jelasnya.
Sementara itu Ketua Komunitas Jurnalis Klungkung (KJK) Klungkung Ketut Sugiana ,menyatakan kegiatan sosial peduli kemanusiaan ini akan terus digaungkan sebagai bentuk kepedulian pada sesama .
“Kita melaksanakan pembagian sembako ini untuk warga yang kurang mampu,sebagai bentuk kepedulian KJK Klungkung pada sesama,” ujar Sugiana optimis. (855)