PATROLIPOST.COM – Perilaku tidak biasa dalam aktivitas seksual dikenal dengan istilah BDSM (bondage, discipline, dominance dan submission, sadomasochism). Istilah ini merujuk kepada variasi aktivitas seksual yang mana ada peran-peran berlawanan, misalnya sadisme dan masokhisme. Berikut ini dikupas secara spesifik seputar tendensi masokhisme dikutip dari popbela.com.
Pelaku masokhisme, yaitu masokhis digambarkan sebagai seseorang yang hanya bisa merasakan kepuasan seksual ketika didominasi pasangannya. Misalnya dengan dipecut, dirantai, dipukuli, dimaki, dihina, atau dilecehkan pasangannya.
Apakah kamu atau pasangan merasa punya kecenderungan ini? Jika ya atau sekadar penasaran, inilah lima tanda seorang masokhis.
1.Anti Pujian dan Penghargaan
Menurut laman McGill Media, tanda masokhisme yang pertama adalah merasa tidak senang dengan pujian dan penghargaan. Malah, perlakuan yang merendahkan atau mempermalukan mereka dianggap sebagai “penghargaan”.
Pada dasarnya, mereka membenci diri sendiri, dan jika ada orang lain yang ingin menghibur mereka serta menunjukkan kasih sayang, mereka malah tidak senang. Seorang masokhis malah menyatakan kalau diri mereka rendah dan diikuti seribu alasan mengapa.
“Senyum kegembiraan murni adalah hal yang paling sulit didapatkan dari seorang masokhis,” mengutip laman tersebut.
2.Tertarik pada Seorang Narsistik
Melansir Mind Body Green, pribadi narsistik terlihat berkharisma, pandai, dan memang menarik secara penampilan. Namun, pribadi narsistik pun juga kerap merendahkan orang lain agar mereka merasa “tinggi”. Masokhis? Mereka suka direndahkan, sehingga mereka tertarik pada pribadi narsistik seperti laron pada lampu.
Kalau kamu terus-terusan tertarik kepada seorang narsistik, itu adalah tanda lainnya kamu seorang masokhis.
3.Lebih Senang Menjadi Korban
Semakin besar rasa sakit yang dirasakan, semakin besar rasa senang yang didapat. Seorang masokhis punya kecenderung senang menjadi korban. Korban selalu menganggap dirinya tak berdaya dan terus-terusan butuh belas kasihan orang.
Mereka tak ada masalah dalam menolong orang lain, tapi mereka tak ingin dirinya diselamatkan.
Mengutip McGill Media, dalam sebuah hubungan, jika kamu merasa seperti orang jahat karena pasangan selalu merasa tersakiti, bisa jadi itu bukan salahmu, tapi pasanganmu memang senang menempatkan dirinya sebagai seorang korban.
4.Sengaja Melakukan Kesalahan agar Bisa Dihina atau Dianiaya
Selain senang disiksa, pribadi masokhis juga merasa bahwa mereka tidak pantas akan segala hal baik dalam hidup. Meskipun mereka adalah pribadi yang kompeten dan cerdas, mereka kerap melakukan kesalahan dan menyabotase diri agar terlihat salah dan dicela orang.
Masokhis kerap berkubang dalam kerendahan diri. Menurut situs Mind Body Green, ketidakmampuan seseorang untuk menikmati kesenangan terkecil dalam hidup adalah tanda masokhisme. Mereka terus menganggap bahwa kenikmatan harus datang dari rasa sakit dan malu.
Jika pasanganmu terus-terusan merusak kebahagiaan diri sendiri, bukan tidak mungkin mereka adalah seorang masokhis.
5.Tidak Mampu (dan Mungkin Tidak Mau) Membela Diri
Jika kamu disalahkan padahal kamu benar, kamu pastinya membela diri, kan? Tapi tidak dengan masokhis. Meskipun mereka tahu mereka tidak salah, ya mereka tetap saja tidak mampu membela diri.
Peduli atau tidak dengan diri sendiri, masokhis senang jika direndahkan. Intinya, mereka menganggap diri mereka pantas untuk disalahkan atau direndahkan. Ini mungkin terlihat saat sedang bertengkar. Seorang masokhis mungkin hanya mengiyakan apa yang dikatakan oleh pasangannya, tanpa membela diri meskipun dia benar.
Panduan “Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM–5)” dari American Psychiatric Association (APA) menyebut, masokhisme termasuk dalam kategori kelainan seksual atau parafilia.
Parafilia berhubungan dengan dorongan, perilaku, fantasi, dan keinginan untuk membangkitkan gairah seksual yang kuat, lewat perilaku seks yang menyimpang. Kondisi itu bisa berisiko melukai diri atau orang lain.
Sebetulnya APA mengindikasikan bahwa tendensi seksual masokhisme itu lumrah. Namun, bila ini sudah berkembang menjadi perilaku menyimpang atau adanya masalah psikologis maupun sosial, atau bahkan sampai melukai diri sendiri maupun orang lain, sebaiknya cari bantuan profesional. (*/807)