DENPASAR | patrolipost.com – Investasi bodong berkedok koperasi, PT Goldkoin Internasional telah memperdaya sedikitnya 3.500 orang di Bali. Total kerugian para investor mencapai Rp 77 miliar.
Lebih dari 20 member korban PT Goldkoin Internasional ini mendatangi Mapolda Bali, Kamis (21/04/2022). Mereka diwakili kuasa hukum dari Antariksa Law Firm untuk berkoordinasi tarkait perkembangan pengaduan masyarakat dengan nomor laporan; Dumas/280/IV/2022/SPKT/POLDA BALI, tanggal 8 April 2022. Selain itu, pihaknya juga memberikan surat permohonan perlindungan hukum kepada Kapolda Bali Irjen Pol Putu Jayan Danu Putra.
Kuasa hukum para member, I Wayan Mudita didampingi I Gusti Ngurah Artana dan Wira Sanjaya mengatakan, sebanyak 86 orang telah memberi kuasa kepada pihaknya untuk mengadvokasi kasus investasi yang diduga bodong ini. Pihaknya memohon dengan hormat kepada Kapolda Bali untuk memberikan perlindungan hukum kepada puluhan korban investasi ilegal alias bodong.
“Kami sudah memberikan surat permohonan perlindungan hukum dengan berbagai tembusan. Ada ratusan korban, untuk sementara baru 86 orang yang memberi kuasa kepada kami,” ungkapnya.
Mudita berharap kasus ini mendapat perhatian yang serius dari Kapolda Bali guna mengantisipasi adanya korban lain. Pihaknya sangat berharap agar Rizki Adam segera diamankan dan diproses secara hukum yang berlaku. Menurutnya, ada lima subjek hukum yang mereka laporkan, yaitu 4 berupa badan hukum, yakni satu PT Goldkoin Sevalon Internasional, PT Bali Token Global Internasional, PT Segara Internasional Development dan Koperasi Konsumen Keluarga Goldkoin Sevalon Internasional.
“Satunya kita laporkan Rizki Adam selaku pemilik perusahaan,” katanya.
Setelah mengetahui bahwa Investasi ini dinyatakan bodong oleh Waspada Investasi OJK pada 18 Maret 2022, pihaknya masih melakukan upaya mediasi dengan melayangkan somasi tanggal 31 Maret 2022 dan sampai sekarang tidak ada tanggapan. Sehingga dilaporkan ke Polda Bali. Namun ada kelompok korban yang lain melaporkan ke Polresta Denpasar dan langsung ditindak lanjuti.
“Kerugian yang dialami para korban antara Rp 10 juta sampai Rp 100 juta. Berdasarkan data, di Bali ada 3.500 member dengan total kerugian sekitar Rp 77 miliar,” terangnya.
Seorang member, Susan Widya mengaku diajak teman yang sudah menjadi member untuk mengikuti investasi ini. Alhasil ia mengalami kerugian Rp 220 juta. Rinciannya Rp 100 juta pumping mobil, Rp 50 juta untuk charity, Rp 50 juta pengadaan dana dan 20 juta untuk Bali Token. Dengan modal Rp 10 juta, benar ia mendapatkan keuntungan. Ia lalu tertarik dan memgikuti ikut program Pumping Charity.
“Awalnya saya ikut yang reguler Rp 10 juta. Saya tertarik karena katanya kalau setor uang Rp 100 juta, maka bisa dapat mobil. Bisa dipilih seperti Xpander, Wuling dan lainnya. Syaratnya harus jadi member GLC,” tuturnya.
Pada saat zoom meeting dengan OJK medio Febuari 2022 lalu, ternyata perusahaan itu bodong. Setelah dicari tahu ternyata izin-izin yang terpampang di kantor tersebut adalah palsu. Itu dibuat untuk mengelabui para member supaya percaya. Setelah mendapatkan surat dari OJK bahwa Koperasi Goldkoin melakukan perdagangam aser kripto tanpa tanpa izin, Rizki Adam selaku Ketua Koperasi Konsumen Keluarga Goldkoin Internasional mengeluarkan surat Pengumuman Pemberhentian Kegiatan Sementera.
Dalam poin 7 surat pengumuman, Rizki Adam berjanji akan mengembalikan semua aset digital pumping. Namun sampai saat ini tidak dipenuhi. Selanjutnya awal bulan Maret 2020, secara tiba-tiba Koperasi Konsumen Keluarga Goldkoin Internasional atas perintah Rizki Adam mengalihkan seluruh modal yang seharusnya diperoleh para nasabah dalam bentuk rupiah. Secara sepihak diubah atau dimasukkan atau dikonversikan dalam bentuk koin digital bernama USDG dan Bali Token (BLI). Tindakan Koperasi Konsumen Keluarga Goldkoin Internasional dan Rizki Adam tidak pernah mendapat persetujuan ataupun izin dari para penyerta modal. (007)