DENPASAR | patrolipost.com – Sebagai wadah bagi para filmmaker di Bali untuk bertemu dan berdiskusi, Youth Sineas Award (YSA) 8 Madyapadma Journalistic Park SMAN 3 Denpasar, Madyapadma Institute dan Folklore Media berkolaborasi menggelar screening film di ruang audiovisual Dharma Negara Alaya (DNA), Selasa (10/1/2023). Acara screening film Folklore Media ini bertajuk “Once Upon a Screening Vol. 1” dengan menampilkan 14 film hasil kurasi YSA 8.
Ketua Panitia Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1” Ni Made Galuh Cakrawati Dharma Wijaya (18) mengatakan beberapa film yang akan ditayangkan dalam “Parade Muda Berkarya” merupakan sebagian film dari hasil kurasi YSA. Tim kurasi YSA memililihnya dari total 113 film Garapan Filmmaker Muda Indonesia yang berpartisipasi dalam YSA 8. “Once Upon a Screen Vol. 1” juga menampilkan film-film indie yang telah memenangkan festival maupun baru akan release dari berbagai daerah, komunitas dan grup yang memiliki komitmen dalam film.
“Peserta YSA tersebar dari 33 kota/kabupaten, kami menyeleksi yang terbaik film-film 16 provinsi di Indonesia,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Folklore Media Arya Artana (25) mengungkapkan sangat mengapresiasi antusiasme generasi muda kreatif atau filmmaker Tanah Air yang tetap berkreativitas. Untuk itu, pihaknya memberi fasilitas dan ruang untuk pemutaran film-film hasil kurasi tim curator YSA pada acara screening film Folklore Media yang bertajuk “Once Upon a Screening Vol. 1”.
Arya Artana menuturkan tajuk tersebut dipilih bermula dari dirinya yang pernah berandai suatu hari nanti dapat menampilkan film hasil karya sendiri bersama tim serta filmmaker lainnya dalam sebuah pemutaran film yang besar.
“Suatu hari pengen bikin screening-an (pemutaran film) yang kemudian terpikirkan kalimat once upon a time atau pada suatu hari. Dan Once Upon a Screen ini hadir untuk memberi wadah bagi para filmmaker di Bali yang independen untuk mempertontonkan karya mereka,” ucap Arya Artana.
Tak hanya sebagai wadah untuk mendistribusi atau mengekspedisi sebuah film, Arya menyampaikan bahwa acara Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1” ini juga merupakan tempat bagi para filmmaker di Bali untuk bertemu dan berdiskusi. Terlebih Pemerintah Kota Denpasar telah menyediakan DNA sebagai ruang kreativitas yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat, komunitas, dan anak muda untuk menuangkan ide tanpa batas.
Meski terdapat 14 film yang diputarkan, tim Folklore dan YSA (Youth Sineas Award) telah membagi jadwal pemutaran film yang terbagi dalam 6 segmen. Segmen pembuka bertajuk “Parade Cerita Muda Berkarya dan Madyapadma Bercerita”. Kemudian dilanjutkan dengan penayangan 3 film dokumenter pada segmen “Parade Dokumenter Muda Berkarya” dan film “Penjaga Lontar” karya Madyapadma Journalistic Park.
Tidak hanya itu, penonton juga akan disuguhi dengan pemutaran film Kama dan Kala Rau dalam segmen “Refleksi Festival Film Nasional.” Setelahnya yaitu Segmen Folklore yang menayangkan film karya yang berjudul Taluh dan Nyoman. Selang 15 menit kemudian, acara ditutup dengan segmen “Refleksi Diri” sebagai segmen terakhir untuk merefleksikan kondisi sosial dan film Indonesia. Film berjudul Tengai Tepet dan Animus menjadi persembahan terakhir pada acara Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1”.
Selain itu, Arya Artana berharap acara Screening Film “Once Upon a Screen Vol. 1″ ini dapat menginspirasi para penonton. Terutama bagi anak muda Bali yang baru terjun atau ingin berkecimpung dalam dunia film agar terus semangat dalam berkarya. Sehingga, anak muda Bali dapat melambungkan perfilman di Bali terutama film yang berkisah tentang adat dan budaya Bali.
“Jadi para penonton tak sekadar menerima pesan dari film yang disuguhkan, tetapi juga terinspirasi. Karena kalau bukan kita (pemuda Bali) yang membuat (film) siapa lagi?” terang Arya.
Salah satu penonton Gusti Ayu Putu Widya Pratiwi (17) menyatakan bahwa dirinya merasa kagum setelah menonton berbagai film yang ditayangkan pada acara itu. Hal ini karena dirinya baru pertama kali menghadiri acara pemutaran film indie.
“First impression-ku bagus, karena banyak filmnya terus unik-unik ceritanya. Apalagi penayangan filmnya juga gratis,” tandas Pratiwi. (030)