DENPASAR | patrolipost.com – Penyebaran Covid-19 di Satuan Pendidikan semakin masih terjadi. Sebelumnya, belasan siswa SMAN 1 Denpasar dinyatakan positif Covid-19. Kini, 20 siswa di SMA Negeri 7 Denpasar juga terpapar virus Corona.
Akibatnya, pihak sekolah memutuskan menutup pembelajaran tatap muka dan diganti dengan belajar daring hingga 14 hari ke depan.
Kepala SMAN 7 Denpasar Cokorda Gede Anom Wiratmaja menjelaskan, satu siswa yang pertama kali terpapar Corona diketahui dari wali murid yang melaporkan hasil positif tes PCR.
“Awalnya satu orang pada tanggal 21 Januari, dari tanggal itu (siswa) sudah tidak masuk. Atas inisiatif orangtua diswab di RSAD, hari Sabtu 22 Januari keluar hasil positif Covid-19, sehingga langsung diisolasi di RSAD,” kata Cok Anom, Senin (31/1/2022).
Secara beruntun, pada hari yang sama, wali murid yang lain, juga melaporkan anaknya terindikasi Covid-19. Ada 4 siswa yang dilaporkan terindikasi Covid-19 melalui tes antigen. Indikasi itu kemudian diperkuat dengan hasil tes PCR yang secara konsisten positif Covid-19.
“Mereka di kelas XII dan berada dalam satu kelas. Maka kita putuskan, satu blok kelas XII belajar daring sejak 24 Januari, sedangkan siswa kelas X dan XI tetap masuk,” ujarnya.
Pada perkembangannya, kata Cok Anom, sekolah memutuskan untuk melakukan ‘lockdown’ penuh untuk semua siswa. Pembelajaran tatap muka diganti dengan daring.
“Kelas X dan XI mulai hari ini (31/1/2022) belajar daring hingga 14 Februari. Sedangkan kelas XII sudah hampir tiga minggu belajar secara online,” kata Cok Anom.
Selama ini, PTM di SMAN 7 Denpasar berjalan dengan Prokes ketat. Namun, Cok Anom mengakui, kegiatan ekstra masih berjalan. Kondisi itu dikhawatirkan sebagai pemicu munculnya klaster sekolah hingga menyebabkan 20 siswa terpapar Corona.
Disebutkan, siswa yang saat ini terpapar sudah berangsur membaik. Cok Anom menyebutkan, mereka menjalani isolasi mandiri dan terpusat. Sedangkan 17 anak terpapar Covid-19 tanpa gejala.
“Pihak Dinas Kesehatan sudah melakukan tracing kepada 50 orang yang terdiri dari siswa dan guru, hasilnya semua negatif,” kata Cok Anom. (pp03)