DENPASAR | patrolipost.com – Sedikitnya 60 dokter anestesi se-Bali Nusra, 30 Juli 2019 berkumpul di Rumah Sakit Bali Mandara (RSBM) dalam workshop Penggunaan Opioid (narkotika). Para dokter yang tergabung dalam Perdatin (Perhimpunan Dokter Spesialis Anestesi dan Terapi Intensif) secara khusus juga membahas penanganan nyeri secara komprehensif.
“Perdatin tidak hanya menangani Pasien Perioperatif,” ujar Direktur RSBM dr Bagus Darmayasa, melalui
siaran persnya, Minggu (28/7). Diakui atau tidak, nyeri masih menjadi alasan tersering pasien mencari pertolongan medis.
siaran persnya, Minggu (28/7). Diakui atau tidak, nyeri masih menjadi alasan tersering pasien mencari pertolongan medis.
Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 1948 telah mendeklarasikan bahwa penanganan nyeri merupakan salah satu hak asasi manusia, menurut pasal 25. Untuk itu, nyeri telah diimplementasikan sebagai tanda vital kelima pada seluruh rumah sakit sejak tahun 1 dekade terakhir.
RSBM di bawah pimpinan Direktur, dr Bagus Darmayasa, M. Repro memiliki tujuh orang dokter Anestesi dengan Kepala KSM dr Iswahyudi, SpAn, merasa terpanggil untuk menginisiasi ‘reformasi birokrasi’ penanganan nyeri pada pasien yang memerlukannya. Sebab, biasanya terjadi penundaan yang lama di unit gawat darurat hingga terapi nyeri mulai dikerjakan.
Penundaan tersebut biasanya menyangkut waktu untuk melakukan triase dan pemeriksaan pasien, dilanjutkan dengan instruksi, pengambilan, dan pemberian obat. Meskipun selama beberapa dekade terakhir telah banyak kemajuan menyangkut penelitian dan penanganan nyeri, akan tetapi nyeri masih sering dianggap remeh dan jarang ditangani baik di rumah sakit maupun dalam praktik klinis sehari-hari dalam komunitas medis.
Hal ini nampaknya disebabkan oleh tiga alasan utama meliputi bahwa nyeri seringkali dianggap hal yang tak terhindarkan; dalam praktik medis, nyeri tidak dianggap sebagai suatu prioritas; dan yang terakhir, staf medis yang masih kurang pengetahuannya mengenai nyeri.
Oleh karenanya, pengetahuan mengenai prinsip nyeri, pemeriksaan, dokumentasi, dan penanganan, baik farmakologik maupun non farmakologik terhadap nyeri harus diikutsertakan dalam program pendidikan tenaga medis. Pemberian obat dan prosedur analgetik yang aman untuk mengobati nyeri telah dilakukan selama beberapa dekade terakhir serta terus mengalami perkembangan dalam metodologi maupun obat-obatan yang diberikan.
Acute pain services (pelayanan nyeri akut) pertama kali diperkenalkan di Jerman dan Amerika Serikat lebih dari dua dasawarsa lalu. Proyek pain-free hospital (rumah sakit bebas nyeri) juga dimulai di Jerman sejak belasan tahun lalu dan berkembang pesat di RS di Eropa.
Sementara di Asia, terlebih di Indonesia, Pain free Hospital masih belum terlalu familiar. Masalah utamanya adalah membantu penyusunan tim nyeri dan memberikan pelatihan bagi staf medis yang bersangkutan. Deklarasi Montreal pada International Pain Summit di tahun 2010 mendorong RSbdan para klinisi untuk makin peduli terhadap Penanganan nyeri.
Di Indonesia sendiri, proyek pain-free hospital berkembang pesat dari Bali dan Makasar. “Kami dengan tangan terbuka, menyambut para dokter anestesi tersebut di RSBM, untuk menjadi pilot dalam pengembangan Pain Free Hospital,” tukas dokter Bagus yang juga mantan Ketua IMI Bali.
Kegiatan ini diyakini akan makin memajukan reformasi birokrasi penanganan nyeri yang digagas di RSBM. Dokter Bagus juga mengatakan telah berkoordinasi dengan Prof Dr dr Made Wiryana, SpAn, KIC, KAO guru besar Unud dan juga dr I Gede Budiarta, SpAn, KMN, Ketua Perdatin Bali untuk kesiapan RSBM menjadi venue acara tersebut di atas.
“Apalagi pembicaranya kaliber internasional, yakni Prof Andi Husni Tanra, MD, PhD dari Makassar, dan Dr dr Putu Pramana Suarjaya, KMN, KNA, MKes dari Bali. Pastinya acara ilmiah ini sangat berguna untuk RSBM, dokter-dokter muda yang berminat, dan untuk masyarakat luas nantinya,”tutup dokter Bagus.
Dia menambahkan, workshop Penggunaan Opioid yang digelar di RSBM ini sekaligus jadi media sosialisasi “Nangun Sat Kerthi Loka Bali” yang menjadi Visi Pemprov Bali yang mengandung makna: Menjaga Kesucian dan Keharmonisan Alam Bali Beserta Isinya, untuk Mewujudkan Kehidupan Krama Bali yang Sejahtera dan Bahagia, Sakala-Niskala Menuju Kehidupan Krama dan Gumi Bali. (pp-02)