Beda Pilihan, Pria di Sumut Tebas Tetangga Pakai Parang

tebas ccxxxx
Diduga berbeda pilihan di Pilkada 2024, Seorang pria di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara (Sumut) berinisial FA (40) menebas tetangganya dengan parang. (ilustrasi/net)

MEDAN | patrolipost.com – Seorang pria di Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng), Sumatera Utara (Sumut) inisial FA (40) menganiaya tetangganya menggunakan parang. Peristiwa itu diduga dipicu karena keduanya berbeda pilihan di Pilkada 2024.

Kapolres Tapteng, AKBP Basa Emden Banjarnahor mengatakan peristiwa itu terjadi di salah satu warung di Kelurahan Lopian, Kecamatan Badiri, Rabu (27/11/2024). Adapun korban adalah P Laia (38).

“Kejadian bermula akibat cekcok mulut hingga terjadi adu fisik,” kata Basa, Kamis (28/11).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Warga yang berada di lokasi langsung melerai pertengkaran keduanya. Setelah dilerai, emosi FA ternyata tidak mereda.

FA kemudian pergi ke rumahnya mengambil parang dan kembali menemui korban yang masih berada di warung tersebut. Lalu, pelaku mengarahkan parang itu hingga mengenai bagian kepala dan tangan korban.

“Korban sempat berupaya melakukan pembelaan diri. Namun, terduga pelaku melakukan aksi penganiayaan, melukai bagian kepala dan tangan korban,” jelasnya.

Basa menyebut saat ini korban tengah dirawat di RSUD Pandan. Sementara pelaku diamankan ke Polres Tapteng untuk proses pemeriksaan lebih lanjut.

“Hasil pemeriksaan bahwa terduga pelaku mengakui telah menganiaya korban,” kata Basa.

Perwira menengah polri itu menyebut penganiayaan itu dipicu hanya karena permasalahan pribadi antara korban dan pelaku.

“Perlu kami tegaskan bahwa kasus ini tidak ada kaitan dengan Pilkada. Namun, murni karena masalah pribadi yang sudah lama terjadi antara korban dan terduga pelaku,” ujarnya.

Staf Humas Polres Tapteng Brigadir Poniton Simanullang mengatakan motif penganiayaan itu karena korban dan pelaku berbeda pilihan. Namun, selama ini antara korban dan pelaku memang sudah sering berselisih paham.

“Motifnya, itu murni karena masalah pribadi, karena juga ada perbedaan pilihan di pesta demokrasi ini. Sebelum-sebelumnya, berdasarkan keterangan warga sekitar, mereka sudah sering berseberangan gitu,” jelasnya.

Poniton menyebut penganiayaan itu terjadi setelah keduanya mencoblos di TPS. Setelah itu, korban dan pelaku duduk di warung yang berjarak sekitar 200-300 meter dari TPS. Saat tengah bercerita, keduanya terlibat cekcok.

“Mereka ketemu di situ, nongkrong, cerita-cerita, cekcok mulut, ada perbedaan pendapat. Ini tidak ada kaitan dengan pilkada, urusan pribadi. Mereka yang tidak bijak menanggapi perbedaan pilihan,” kata Poniton.

Poniton menyebut setelah menganiaya korban, pelaku sempat pergi ke salah satu puskemas sambil melakukan siaran langsung di Facebook. Saat itu, pelaku menceritakan seolah-olah dirinya menjadi korban penganiayaan.

“Terduga pelaku setelah melakukan aksinya sempat mau berobat ke puskesmas sambil live di Facebook. Data yang kami dapat dari Reskrim, terkait luka yang didapatkan di badan terduga pelaku, kita nggak ada dapatkan,” pungkasnya. (305/dtc)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *