Belum Ditemukan Kasus Cikungunya di Bangli

foging bangli
Petugas Diskes Bangli lakukan voging. (ist)

BANGLI | patrolipost.com – Di beberapa daerah dilaporkan terjadi kasus Cikunguya, namun  di Bangli sesuai laporan belum ditemukan kasus  adanya warga terpapar penyakit yang disebabkan gigitan nyamuk Aedes Agepty itu.

Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Bangli, I Nyoman Sudarma saat dikonfirmasi mengatakan penyakit Cikunguya disebakan oleh sejenis virus yang disebabkan virus Cikungunya. Virus ini disebarkan oleh vector yakni nyamuk Aedes Agepty. “Selain sebarkan virus  demam berdarah nyamuk ini juga sebarkan virus penyakit Cikungunya,” ujarnya, Kamis (1/9/2022),

Bacaan Lainnya

Lanjut Nyoman Sudarama adapun gejalan  orang yang terpapar penyakit Cikungunya diantaranya alami demam, ruam kemerahan, sendi bengkak dan nyeri tulang lemas serta sakit kepala.

“Dari sisi gejala, demam Chikungunya menyebabkan nyeri persendian seperti lumpuh sementara. Tapi itu hanya terjadi seminggu saja. Setelahnya sudah kembali lagi.

Karena virus demam Chikungunya dalam seminggu sudah mati dalam tubuh,” sebutnya. Namun demikian dari sisi penularan demam Chikungunya memang tergolong cepat. Namun tingkat kematiannya kecil, bahkan belum ada laporan kasus kematian akibat demam Chikungunya. 

“Untuk temuan kasus demam Chikungunya baru ditemukan di kabupaten lain. Seperti Tabanan dan Badung. Sedangkan kalau di Bangli sampai saat ini masih nihil. Belum ada laporan ataupun kasusnya. Di Bangli yang ada kasus DBD saja,” ungkapnya.

Sementara untuk jumlah kasus DBD, kata Nyoman Sudarama, dari bulan Januari sampai bulan Agustus tercatat sebanyak 76 kasus. Di mana jumlah kasus gigitan terbanyak yakni bulan Mei dengan 18 kasus. 

“Langkah antisipasi penyebaran DBD setiap temuan kasus, kami sikapi dengan lakukan foging,” jelasnya.

Walau belum ditemukan kasus Chikungunya di Bangli, masyarakat tetap diimbau untuk  selalu waspada dan yang paling penting lagi yakni menjaga kebersihan lingkungan.  

“Tujuannya untuk meminimalisir breeding place atau tempat berkembang biak nyamuk Aedes Aegipty. Sehingga meminimalisir pula penyebaran penyakit DBD hingga demam Chikungunya,” harapnya. (750)

Pos terkait