Berdalih Lindungi Sekte Minoritas Islam, Israel Mengebom Kawasan Dekat Istana Presiden Suriah

pasukan suriah
Pasukan Suriah bersiaga pasca pengeboman di dekat Istana Presiden Suriah. (ist)

DAMASKUS | patrolipost.com – Israel mengebom sebuah kawasan dekat istana presiden di Damaskus pada Jumat (2/5/2025) pagi. Dalam peringatan paling jelas sejauh ini kepada otoritas baru Suriah yang dipimpin kaum Islamis tentang kesiapannya untuk meningkatkan aksi militer atas nama minoritas Druze di negara itu.

Pemerintah Suriah menyebut pengeboman itu sebagai “eskalasi berbahaya” di tengah meningkatnya permusuhan antara kedua negara tetangga.

Diberitakan Reuters, Israel telah meningkatkan operasi militer di Suriah sejak pemberontak menggulingkan Bashar al-Assad pada bulan Desember, dengan pengeboman di seluruh negeri dan pasukan darat memasuki wilayah barat dayanya, sambil menyerukan agar Suriah tetap terdesentralisasi dan terisolasi.

Israel telah membingkai pendiriannya seputar kecurigaannya terhadap Presiden sementara Ahmed al-Sharaa yang pernah memimpin cabang al Qaeda sebelum melepaskan hubungan dengan kelompok tersebut pada tahun 2016. Israel mengklaim bahwa hal itu merupakan dasar keinginan Israel untuk melindungi Druze, sekte minoritas yang merupakan cabang Islam dengan pengikut di Suriah, Lebanon, dan Israel.

Militer Israel mengatakan pasukan dikerahkan di Suriah Selatan untuk mencegah kembalinya pasukan musuh ke daerah-daerah di sekitar desa-desa Druze. Dikatakan pasukan siap untuk pertahanan dan “berbagai skenario”.

Ditambahkannya bahwa lima warga negara Suriah-Druze dievakuasi untuk menerima perawatan medis di Israel setelah mengalami luka-luka.

Sebelumnya militer Israel mengatakan mereka menyerang daerah “yang berdekatan” dengan istana Sharaa di Damaskus, tanpa perincian lebih lanjut. Selain itu, tidak ada laporan langsung tentang korban jiwa.

Serangan itu merupakan pesan yang jelas kepada rezim Suriah yang tidak lain mengisyaratkan perlindungan penuh Israel kepada komunitas Druze dan kesiapannya untuk bertempur melawan musuh-musuh komunitas tersebut.

“Kami tidak akan mengizinkan pasukan (Suriah) dikerahkan ke Selatan Damaskus atau ancaman apa pun terhadap komunitas Druze,” kata Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Israel Katz dalam sebuah pernyataan bersama.

Kepresidenan Suriah mengutuk apa yang digambarkannya sebagai “pengeboman terhadap istana presiden” dan mengatakan itu menandai “eskalasi yang berbahaya”.

“Israel tidak menginginkan perdamaian. Juga tidak peduli dengan kelompok-kelompok yang konon dilindunginya dengan mengebom kelompok lain,” juru bicara Kementerian Luar Negeri Suriah Razan Saffour menulis di X, sambil menambahkan bahwa Israel tidak pernah mengebom di dekat istana ketika Assad berkuasa.

Seorang pejabat Suriah mengatakan bahwa targetnya sekitar 100 meter (330 kaki) di sebelah timur batas istana.

Kekerasan Sektarian

Peristiwa ini terjadi setelah bentrokan selama beberapa hari di Suriah antara orang-orang bersenjata Muslim Sunni dan Druze yang dipicu oleh rekaman suara yang diduga menghina Nabi Muhammad.

Pertempuran tersebut menewaskan lebih dari dua lusin orang di kota-kota sekitar Damaskus dan memicu “serangan peringatan” awal Israel di sebuah kota di pinggiran ibu kota yang menewaskan satu anggota pasukan keamanan Suriah.

Partai-partai oposisi Israel menyatakan dukungannya terhadap operasi di Suriah.

“Israel tidak dapat membiarkan Druze di Suriah menghadapi nasib mereka sendiri,” kata pemimpin oposisi berhaluan tengah Yair Lapid di platform media sosial X.

“Rezim Suriah harus tahu bahwa mereka adalah sekutu kami dan kami tidak akan tinggal diam saat mereka diserang,” tambahnya.

Pertempuran minggu ini menimbulkan tantangan terbaru bagi Sharaa, yang telah berulang kali berjanji untuk menyatukan semua angkatan bersenjata Suriah di bawah satu struktur dan memerintah negara itu, yang terpecah oleh perang saudara selama 14 tahun hingga Assad digulingkan, dengan cara yang inklusif.

Namun, insiden kekerasan sektarian, khususnya pembunuhan ratusan orang Alawi pro-Assad pada bulan Maret, telah memperparah ketakutan di antara kelompok minoritas tentang kaum Islamis yang sekarang dominan dan memicu kecaman dari kekuatan global.

Pada hari Kamis lalu, bentrokan mulai menyebar lebih jauh ke Selatan ke Provinsi Sweida, yang sebagian besar penduduknya beragama Druze. (pp04)

Pos terkait