CAIRO | patrolipost.com – Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken bertemu dengan Presiden Mesir di Kairo, Selasa (6/2/2024). Pertemuan ini merupakan bagian dari diplomasi ulang-alik empat negara selama 48 jam untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata dalam perang Gaza di saat Israel terus menggencarkan serangan di Gaza Selatan.
Menurut laporan reuters, Israel mengatakan pasukannya telah membunuh puluhan pria bersenjata Palestina di seluruh Gaza dalam 24 jam terakhir dengan pertempuran terfokus di Khan Younis dan ancaman serangan terjadi di kota perbatasan terdekat yang dipenuhi pengungsi.
Blinken tiba di Mesir setelah singgah di Arab Saudi, kemudian berangkat ke Qatar, untuk melakukan pertemuan dengan negara-negara utama yang berperan sebagai mediator dalam perang Gaza. Warga Palestina berharap keputusan diplomat AS di Timur Tengah akan mencapai gencatan senjata sebelum pasukan Israel menyerbu pinggiran Selatan Gaza, tempat lebih dari satu juta pengungsi berlindung.
Ini adalah kunjungan pertama Blinken ke wilayah tersebut sejak Washington menengahi tawaran gencatan senjata. Qatar dan Mesir menyampaikan tawaran tersebut pekan lalu kepada Hamas. Pihak Hamas pun menginginkan jaminan bahwa Israel akan mundur, sebelum mereka setuju untuk membebaskan sisa sandera para pejuangnya yang ditangkap dalam serangan 7 Oktober yang memicu perang tersebut.
Juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller mengatakan Blinken dan putra mahkota Arab Saudi membahas langkah-langkah regional untuk mengakhiri perang secara permanen, mengatasi bencana kemanusiaan di Gaza dan membatasi dampak krisis regional.
Blinken berangkat dari Riyadh tepat setelah matahari terbit dan tiba di Kairo di mana dia bertemu dengan Presiden Abdel Fattah al-Sisi, kemudian dengan cepat berangkat untuk penerbangan ke Qatar. Setelah dari Qatar, Dia dijadwalkan berada di Israel untuk konsultasi pada Rabu (7/2/2024) pagi.
Washington selama berminggu-minggu telah mencari kesepakatan yang sulit dicapai untuk menjamin pembebasan sandera yang tersisa sebagai imbalan atas jeda panjang pertempuran. Belum ada pernyataan langsung dari pihak mana pun apakah perundingan Blinken di Riyadh dan Kairo telah menghasilkan kesepakatan.
Seorang pejabat Hamas yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan kepada Reuters pada hari Selasa bahwa gerakan Islam Palestina tidak bergeming dari pendiriannya bahwa tidak akan ada pembebasan sandera kecuali perang berakhir dan pasukan Israel meninggalkan Gaza.
Namun, Israel mengatakan gencatan senjata apa pun harus bersifat sementara dan akan terus dilakukan sampai Hamas dilenyapkan. Namun ada juga gerakan yang menuntut lebih banyak upaya untuk memulangkan para sandera, meskipun hal itu berarti Israel pasrah dan wajib sepakat dengan Hamas.
Sebuah lembaga pemikir non-partisan, Institut Demokrasi Israel, mengeluarkan jajak pendapat pada hari Selasa dan menemukan bahwa 51% percaya bahwa pemulihan para sandera harus menjadi tujuan utama perang, sementara 36% mengatakan perang harus dilanjutkan untuk menggulingkan Hamas.
Sebagaimana diuraikan oleh sumber-sumber yang dekat dengan perundingan tersebut, tawaran tersebut mempertimbangkan gencatan senjata setidaknya selama 40 hari ketika para militan akan membebaskan warga sipil dari sisa sandera. Kemudian diikuti dengan tahap selanjutnya untuk menyerahkan tentara dan jenazah, dengan imbalan pembebasan warga Palestina yang dipenjarakan Israel.
Satu-satunya gencatan senjata sejauh ini hanya berlangsung selama seminggu pada bulan November 2023, di mana 110 sandera dibebaskan dengan imbalan 240 tahanan Palestina di penjara-penjara Israel.
Washington juga bertujuan untuk mencegah eskalasi lebih lanjut di tempat lain di Timur Tengah, setelah berhari-hari serangan udara AS terhadap proksi bersenjata Iran, pendukung utama Hamas, dan serangan lebih lanjut terhadap pengiriman Laut Merah oleh milisi Houthi yang bersekutu dengan Teheran di Yaman.
Dalam laporan terbarunya pada hari Selasa, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan setidaknya 27.585 warga Palestina telah dipastikan tewas dalam agresi militer zionis Israel, dan ribuan lainnya dikhawatirkan terkubur di bawah puing-puing di wilayah kantong padat penduduk tersebut. Sekitar 107 orang tewas dalam 24 jam terakhir. (pp04)