MAUMERE | patrolipost.com – Menyambut kembalinya geliat industri pariwisata pada era new normal, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Cabang Sikka, Nusa Tenggara Timur (NTT) mengadakan pelatihan Training of Trainer (TOT) Tata Kelola Destinasi Pariwisata di Maumere, Kamis (8/4/2021). Ketua HPI Cabang Sikka, Arkadius Jong menjelaskan, pelatihan ini difasilitasi oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF).
“Kami bersyukur dibantu oleh Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores untuk menyelenggarakan kegiatan ini. Sebelumnya kami mengajukan proposal dan ternyata BPOLBF sangat menyambut baik kegiatan ini,” ujar Arkadia.
Kegiatan pelatihan “Training of Trainer” yang pertama kali digelar di Maumere ini, diharapkan mampu menghasilkan calon pelatih-pelatih baru yang mampu mengelolah sebuah destinasi wisata menjadi layak untuk dikunjungi.
“Tujuan kegiatan ini untuk meningkatkan kapasitas SDM di bidang tata kelola destinasi pariwisata di daerah agar mampu mendatangkan wisatawan yang berkualitas dan berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat,” ujarnya.
Tujuan lainnya ungkap Arkadius juga untuk mempersiapkan insan pariwisata yang berkualitas dan memiliki kompetensi di bidang tata kelola destinasi sesuai perkembangan terkini di Indonesia dan Mancanegara. Selain itu, pelatihan ini mampu melahirkan pramuwisata yang hebat ke depan dengan pengetahuan luas, memiliki keterampilan dan berbudi pekerti sehingga mampu melaksanakan tugas untuk mengelola destinasi wisata di Kabupaten Sikka khususnya dan Pariwisata Labuan Bajo Flores secara umum.
Bupati Sikka, Fransiskus Roberto Diogo SSos MSi yang hadir dan secara resmi membuka kegiatan pelatihan ini dalam sambutannya mengapresiasi niat HPI Sikka yang telah menginisiasi kegiatan pelatihan ini dengan tujuan untuk menciptakan destinasi wisata di Sikka dan Flores lebih berkualitas dan berdaya saing.
“Kegiatan TOT yang didukung dan difasilitasi penuh oleh BPOLBF ini sangat tepat dan cerdas, apalagi dilakukan di Maumere. Pariwisata kita itu sudah dimulai sejak lama, mulai dari kerajaan Majapahit sampai masuknya bangsa Portugis. Meninggalkan kebudayaan serta tradisi yang sampai sekarang kita jalankan. Dan beberapa diantaranya dijadikan destinasi budaya atau religi,” ujar Fransiskus.
Bupati Fransiskus berharap, kegiatan pelatihan ini mampu dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh para peserta sehingga mampu mengemban tugas sebagai public relation dan juga sebagai garda terdepan dalam memperkenalkan pariwisata di Kabupaten Sikka secara khusus dan Pariwisata Labuan Bajo Flores secara umum kepada wisatawan.
“Pramuwisata juga mengemban tugas sebagai PR karena terlibat langsung dan ikut merasakan. Jika ada yang negatif harus langsung dipositifkan. Tidak boleh saling menjatuhkan. Bagaimana kita menjual pariwisata Labuan Bajo Flores secara utuh? Pramuwisata adalah garda terdepan negara dalam hal kepariwisataan. Tingkatkan kapasitas agar lebih baik, kita tidak boleh ego dan harus bekerja untuk pariwisata Labuan Bajo dan Flores. Selamat berlatih, terimaksih kepada BPO Labuan Bajo, serta para parasumber,” ucapnya.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores, Shana Fatina mengapresiasi tekad HPI Sikka untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas baik bagi pelaku pariwisata maupun bagi destinasi wisata yang ada.
“Apresiasi buat semangat teman-teman, antusias dan sangat bertanggung jawab dalam kegiatan ini. Tahun lalu kita lakukan penghitungan Travel Tourism dan Competitivenes Index (TTCI) di Flores. Untuk Kabupaten Sikka itu indexnya 2. Tidak beda jauh dari Manggarai Barat yang 2.1, atau tingkat nasional 4,2. Kalau Kabupaten lain masih sekitar 1,5 hingga 1,7,” jelasnya.
Menurutnya, indikatornya itu adalah produk pariwisata, infrastruktur, lingkungan dan lain sebagainya. Tantangan kita adalah bagaimana untuk menaikan angka itu menjadi 4,2 atau lebih dari itu. Dan dengan antusias seperti ini merupakan modal yang luar biasa karena kita tau bahwa pariwisata itu adalah semuanya. Bagaimana membangun interaksi sosial bersama wisatawan dan membangun persaudaraan dan modal utamanya adalah SDM.
Shana berharap kegiatan pelatihan ini mampu menjadi langkah awal untuk mempersiapkan diri, baik dari sisi kualitas SDM maupun pengembangan serta pengelolaan destinasi wisata yang berdaya saing dan layak untuk dikunjungi wisatawan nusantara maupun mancanegara.
“Kita berharap pada bulan Juli, Bali rencananya akan dibuka untuk Wisman. Kita melihat ini peluang yang besar untuk limpahannya bisa datang ke kita di NTT. Saya senang dan apresiasi bahwa pelaku ekonomi kreatif sudah melakukan vaksinasi dan akan kita dorong juga untuk sertifikasi CHSE sehingga nanti wisatawan tidak khawatir saat berkunjung NTT,” tambahnya.
Pelatihan diikuti oleh 30 anggota peserta HPI Cabang Sikka, kegiatan pelatihan Training of Trainers ini digelar dari tanggal 8 April hingga 10 April 2021. Dalam kegiatan ini hadir tiga narasumber yang kompeten dan berpengalaman dalam bidang pelayanan jasa, yakni Dr I Mangku Nyoman Kandia MAG dari DPP HPI, Dr Nila Krisnawati Hidayat SE MM dari Swiss German University – Asia dan Taufik Hidayat, SE MM dari Graha Emas Indonesia.
Hari pertama pelatihan, peserta diberi materi terkait CHSE, Sadar Wisata dan Sapta Pesona, Desa Wisata dan Pariwisata Berkelanjutan, Pengantar Pengelolaan Destinasi, IT dan Publikasi, SDM Organisasi, dan Pengelola Destinasi. (334)