LABUAN BAJO | patrolipost.com – Penggunaan istilah bahasa asing kembali dilakukan dalam acara debat kepala daerah Kabupaten Manggarai Barat. Kali ini, istilah asing digunakan oleh Calon Bupati Manggarai Barat nomor urut 1, Christo Mario Y Pranda dalam debat pertama Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Manggarai Barat 2024.
Dalam debat yang berlangsung di Aula Gedung Arnoldus Jansen Labuan Bajo, Rabu (16/10/2024), Calon Bupati nomor urut 1 Christo Mario Y Pranda bertanya terkait konsep pembangunan berbasis THIS kepada Calon Bupati dan Wakil Bupati Nomor urut 2, Edistasius Endi dan Yulianus Weng.
“Bagaimana cara Anda mengaplikasikan pendekatan THIS dalam perencanaan pembangunan pariwisata Kabupaten Manggarai Barat untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi?” tanya Mario.
Namun sebelum menjawab, Calon Bupati nomor urut 2, Edistasius Endi terlebih dahulu menanyakan kepada moderator terkait aturan debat soal penggunaan istilah asing. Edi Endi menanyakan konsistensi moderator terkait penggunaan istilah atau akronim istilah asing tidak dijelaskan lebih jauh oleh Mario Pranda.
Edi Endi menyebut seharusnya sesuai dengan aturan debat yang dibacakan Moderator bahwa untuk penggunaan istilah atau terminologi asing atau singkatan harus disertai dengan penjelasan yang dapat dimengerti oleh lawan debat.
“Baik terimakasih rupanya moderator tidak konsisten, tadi disampaikan bahwa kalau ada singkatan itu musti dijelaskan,” ujar Edi Endi.
Jawaban Edi Endi kemudian mendapatkan dukungan dari pendukung 02. Mario pun kemudian menyebutkan kepanjangan dari singkatan THIS.
“Baik kalau memang belum tau THIS ini tematik, holistik, integratif, spasial dan sustainable,” ujar Mario.
Edi Endi kemudian menjawab bahwa orientasi dari sebuah pembangunan adalah peningkatan kesejahteraan rakyat. Edi Endi menyebut, hadirnya program peningkatan kesejahteraan harus berdasarkan pada pemetaan masalah yang baik, alokasi anggaran yang sesuai dan keberpihakan pada masyarakat kecil, kearifan lokal dan ramah lingkungan.
“Bagaimana menempatkan prioritas untuk mencapai tujuan maju dan rakyatnya sejahtera, kedua beda namanya soal, apa masalahnya, karena jangan sampai kegiatan itu menjadi mubazir, tanpa mengenal apa income, outcome dan benefit sebuah kegiatan. Setelah dilakukan namanya pemetaan masalah lalu bagaimana dampaknya baru disitulah kita akan mengalokasikan anggaran. Ketiga, dalam menempatkan perencanaan harus memperhatikan yang namanya keberpihakan kita terhadap masyarakat kecil, disabilitas dan perempuan,” ujar Edi.
“Ada keberlanjutan orientasi dari semua pembangunan harus berbasis ramah lingkungan. Selain itu memperhatikan yang namanya kearifan lokal,” sambungnya.
Jawaban Edi Endi ini kemudian direspon oleh Mario Pranda yang malah menyebutkan tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya. Menurut Mario, pendekatan THIS adalah pembangunan berdasarkan zona – zona.
“Sebenarnya THIS ini sudah diproklamirkan pasangan nomor 2 saat debat tahun 2020. Dimana pembangunan berdasarkan zona – zona, jadi saya dari tadi mencari – cari jawabannya ini terbukti bahwa jawaban pihak nomor 2 tidak menjawab apa yang kami tanya dan akhirnya ketimpangan pemetaan pembangunan itu terjadi karena THIS ini adalah roadmap dari Bappenas ke Pemda supaya tidak ada lagi ketimpangan pembangunan di setiap kabupaten,” ujar Mario.
Jika merujuk pada berbagai sumber, jawaban Paslon 2 terkait konsep pembangunan THIS sendiri sudah sesuai dengan konsep pembangunan dengan pendekatan THIS (Tematik, Holistik, Integratif dan Spasial). Pendekatan ini memungkinkan adanya alokasi sumber daya yang lebih efisien sesuai dengan kebutuhan, meningkatkan koordinasi antar sektor serta memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan merata.
Pendekatan THIS adalah kerangka pembangunan yang memfokuskan pentingnya keterpaduan berbagai aspek dan sektor. Pembangunan berbasis THIS tidak hanya memprioritaskan satu sektor pembangunan tetapi harus menekankan keterlibatan semua sektor dalam setiap tema pembangunan yang akan dilaksanakan yang berdasarkan pada kondisi geografis atau spasial yang spesifik. Empat pilar utama dalam konsep pembangunan ini adalah Tematik, Holistik, Integratif dan Spasial.
Pilar Tematik
Perencanaan pembangunan yang berbasis tematik berarti pembangunan yang berfokus pada tema tema tertentu yang relevan dengan kebutuhan sebuah daerah. Tema – tema ini menjadi fokus utama dalam mengalokasikan sumber daya, kebijakan dan program program, seperti pengentasan kemiskinan, pembangunan ekonomi hijau, ketahanan pangan atau pemberdayaan UMKM.
Pilar Holistik
Pembangunan berbasis holistik yakni pembangunan yang menekankan pentingnya pembangunan dengan memperhatikan berbagai sudut pandang dan sektor secara menyeluruh. Artinya tidak hanya fokus pada satu sektor tetapi memperhitungkan dampak dan keterkaitan antara sektor. Misalnya dalam pembangunan infrastruktur jalan harus mempertimbangkan lingkungan, ekonomi lokal, transportasi publik, akses layanan kesehatan dan pendidikan
Pilar Integratif
Pendekatan Integratif mengedepankan koordinasi lintas sektor dan kelembagaan agar tercipta pembangunan yang efektif dan efisien melalui sinergitas antara berbagai instansi pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah serta antar pelaku pembangunan seperti sektor swasta dan masyarakat sipil.
Pilar Spasial
Pembangunan dengan mempertimbangkan karakteristik geografis atau lokasi dalam perencanaan pembangunan. Pembangunan harus dirancang sesuai dengan kondisi spesifik dari setiap daerah. Hal ini bertujuan agar pengembangan wilayah lebih optimal. Misalnya wilayah pesisir dengan potensi pariwisata bahari berbeda dengan wilayah pegunungan yang cocok untuk pertanian atau pengembangan pariwisata berbasis agrowisata (pertanian sebagai obyek wisata). (334)