BORONG | patrolipost.com – Dedang sebagai proses menenun secara tradisional dan manual di Manggarai hampir punah, khususnya di Desa Golo Wune dan desa-desa sekitarnya. Khusus di Dusun Heso, Desa Golo Wune, Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, hanya ada 1 dari kalangan kaum milenial yang terus mewariskan tradisi Dedang ini. Dia Adalah Elisabeth Anu (27). Elsa sapaannya, tiap hari menekuni pekerjaan menenun (Dedang).
Saat ditemui patrolipost.com di Heso, Senin (23/8/2021) Elsa menjelaskan dia sudah 5 tahun menekuni pekerjaan menenun. Dia belajar secara mandiri dengan berguru kepada orang-orang yang sudah lebih dulu menekuni pekerjaan menenun.
“Saya mulai menekuni pekerjaan menenun kain tradisional Songke Manggarai sejak tahun 2016. Saya diajarkan oleh orang tua di Narang, Kecamatan Satarmese Barat, Kabupaten Manggarai,” ungkap Elsa.
Terkait pemasaran, Elsa mengandalkan media sosial Facebook dan kabar dari mulut ke mulut. Tahun ini, kata dia tenunannya agak kurang mendapat pesanan dari para customer.
“Saya promosikan tenunan di medsos berupa Facebook dan Whatsapp. Selain itu kabar dari mulut ke mulut juga menjadi strategi pemasaran tradisional yang cukup diandalkan. Harga per kain songke berkisar Rp. 450.000-Rp. 500.000,00. Sedangkan kain songke yang ditenun pakai benang bordir yang kualitasnya lebih bagus bisa sampai 1 juta rupiah,” jelas Elsa.
Menurut Elsa, kain tenunannya cukup laku di pasaran, tapi tahun ini cukup berbeda bisa jadi karena dampak pandemi Covid-19. Terkait penenun kain songke, di Heso ada 3 orang yang mempunyai keahlian tersebut, namun dua diantaranya dari kalangan orang tua, hanya Elsa yang mempresentasikan kaum milenial.
Hampir hilang, itulah kenyataan tenun kain songke Manggarai di Heso. Hal ini mungkin perlu mendapat perhatian dari pihak terkait untuk membentuk kelompok penenun seperti halnya kelompok tani. Namun di Golo Wune belum terlihat geliat aktivitas kelompok tersebut, bahkan kelompok tani yang sudah lama terbentuk sekalipun. (pp04)