SEMARAPURA | patrolipost.com – Pelaksanaan Upacara Nangluk Merana di Bali pada umumnya untuk menetralisir mala. Seperti tradisi yang diselenggarakan setiap tahun oleh Krama Desa Adat Banjarangkan yaitu upacara Nangluk Merana Nemonin Purnama Keenem. Di mana acara tersebut bertujuan untuk menetralisir roh yang negatif.
Hal tersebut diungkapkan oleh Bendesa Adat Banjarangkan, A.A Gede Dharma Putra, Jumat (20/11/2021).
Dijelaskannya, bahwa tradisi itu diselenggarakan dalam satu tahun sekali yang diikuti oleh seluruh krama desa setempat. Masing-masing pelawatan (sasuhunan berupa barong/rangda/pratima) untuk katedunang menuju pantai. Bahwa di sana sebagai pusat upacara, seluruh pelawatan dan krama desa melanjutkan rentetan upacaranya. Terlihat juga beberapa pelawatan dihaturkan sejajen (persembehan) di Puput Ida Pedanda Gede Putra Manuabe, Griya Gede Tusan diiringi dengan gambelan baleganjur. Pada prosesi tersebut, beberapa krama ada yang mengalami kesurupan berawal dari Pura Kayangan Tiga (Baleagung, Puseh dan Dalem), sampai ke Pantai Tegal Besar.
Bendesa Adat Banjarangkan, A.A Gede Dharma Putru menerangkan upacara tersebut rutin dilaksanakan setiap tahun. Yang bertepatan pada Purnama Sasih Keenem. Ditanya mulai awal upacara tersebut, ia menerangkan dimulai dari pukul 14.00. Berawal dari upakara di Segara, dilanjutkan menuju Pura Kayangan masing-masing, krama setempat mengaturkan sejajen dengan berisi bena tridatu.
Dirinya mengatakan pelaksanaan tersebut dilakukan oleh seluruh kramanya. “Upacara ini diikuti oleh 4 Banjar dengan jumlah tiga pelawatan Ida yakni, Barong Landung di Pura Desa, Barung Bangkung di Pura Puseh Sari, dan Barong Ket di Pura Dalem Setra. Kemudian akan diiring ke segara setelah itu kembali ke Pura Kahyangan untuk dilaksanakan ritual dan ngelungsur benang tridatu,” terang pria asli Banjarangkan ini.
Selain untuk menetralisir roh yang bersifat negatif, dirinya menjelaskan juga sebagai mohon ketentraman dan kerahayuan untuk semua kramanya agar terhindar dari marabahaya dan memohon keselamatan agar pandemi Covid-19 segera berakahir. Maka ia sendiri mengaku tradisi tersebut tidak pernah absen diselenggarakan. (855)