SEMARAPURA | patrolipost.com – Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Klungkung memastikan semua anak usia sekolah yang mengungsi di Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Banjarangkan akibat dampak konflik sosial, tetap bisa sekolah.
Kadisdikpora Kabupaten Klungkung, I Ketut Sujana kepada wartawan menyampaikan, sejak awal pengungsi asal Banjar Sental Kangin, Desa Ped, Kecamatan Nusa Penida ini ditempatkan di SKB, pihaknya sudah melakukan pendataan terhadap anak usia sekolah.
Terdapat empat anak usia sekolah ikut dalam pengungsian sejak 1 April 2025 lalu. Mereka itu terdiri dari 1 orang anak kelas I SDN 1 Kutampi, 1 orang anak TK Dharma Stuti, 2 orang siswa SMA.
Sujana mengatakan, jika sampai jadwal masuk sekolah, mereka itu masih mengungsi di SKB, maka Disdikpora bakal memfasilitasi mencarikan sekolah terdekat. Jadwal masuk sekolah setelah libur panjang hari raya Nyepi dan Idul Fitri bakal dimulai, Rabu (9/4).
Menurut Sujana, memastikan anak-anak pengungsi tetap bersekolah adalah penting, karena pendidikan merupakan hak dasar yang harus diberikan kepada setiap anak. Selain itu dengan bersekolah, diharapkan memberikan rasa normalitas dan pemulihan trauma yang dialami anak-anak pasca konflik sosial yang terjadi dilingkungan sekitar mereka.
Bagi anak-anak pengungsi, sekolah (tempat baru) merupakan tempat penting untuk beradaptasi, belajar mengenal lingkungan baru, teman baru.
“Dari awal kami sudah memfasilitasi termasuk untuk penempatan di SKB. Jika sampai jadwal masuk sekolah mereka masih tinggal di SKB, akan kami layani di sekolah-sekolah terdekat. Karena anak usia sekolah ada empat orang,” tandas Ketut Sujana, Rabu (9/4).
Salah seorang wali murid, Wayan Widi menyatakan, saat pertemuan dengan Bupati Klungkung I Made Satria, pihak Pemkab sudah menyinggung soal anak-anak usia sekolah akan difasilitasi di sekolah-sekolah terdekat.
Namun Wayan Widi masih ragu dengan kondisi anaknya, apakah mau dan bisa cepat beradaptasi dengan lingkungan sekolah baru. Pun ia mengatakan jika sekolah lokasinya jauh dari SKB, hal itu juga menjadi persoalan baginya.
Pasalnya, dirinya membutuhkan kendaraan atau sepeda motor untuk antar jemput. Sementara Wayan Widi mengaku jangankan sempat membawa motor mengungsi ke SKB, pakaian yang dibawa pun hanya dua potong. Satu yang dipakai pada saat diungsikan dan satu lagi masih sempat mengambil dan menaruh dalam tas.
“Persoalannya adalah anak, apakah mau dia sekolah di sini. Masalah beberapa anak sekolah ikut mengungsi sudah sempat saya sampaikan dalam pertemuan,” kata Wayan Widi.
Ada sebanyak 28 orang pengungsi asal Banjar Sental Kangin ditempatkan di SKB Banjarangkan, Desa Tusan, Kecamatan Banjarangkan. Diantara mereka ada 4 orang usia sekolah, tiga mahasiswa, sebagian balita dan selebihnya manula.
Mereka diungsikan setelah terjadi ketegangan antara kelompok kanorayang (warga yang terkena sanksi adat) dengan pihak warga Banjar Sental Kangin. Ketegangan itu terjadi bertepatan dengan hari Ngembak Nyepi, Minggu (30/3) malam lalu. Karena situasi tidak kondusif, keluarga kelompok kanorayang akhirnya dibawa menyeberang laut mengungsi ke SKB Banjarangkan. (855)