LABUAN BAJO | Patrolipost.com – Upaya meningkatkan kapasitas Labuan Bajo sebagai Destinasi Super Prioritas yang mandiri dan berkelanjutan terus dilakukan oleh berbagai pihak. Salah satu hal yang ditingkatkan adalah penguatan rantai pasok Industri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Pemberdayaan Produk UMKM Ekraf di Kabupaten Manggarai Barat.
Dalam Rapat Pra Temu Bisnis Penguatan Rantai Pasok di DPSP Labuan Bajo yang digelar Deputi Bidang Industri dan Investasi melalui Direktorat Manajemen Industri Kemenparekraf dan Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) bersama pelaku UMKM lokal serta perwakilan Hotel dan Restaurant yang ada di Labuan Bajo, Sabtu (2/4/2022) lalu disebutkan rantai pasok sektor ekraf menjadi faktor penentu penggerak roda ekonomi.
Penguatan rantai pasok lokal sangat dibutuhkan mengingat rantai pasok yang ada di kabupaten Manggarai Barat rata – rata masih didominasi pasokan dari luar daerah.
“Data hasil survey Pemda menunjukkan bahwa rata-rata kebutuhan beras per tahun dari 59 hotel di Mabar adalah 109 ton dan dari 109 ton tersebut 67 ton dipasok dari luar Mabar. Fakta ini mengindikasikan bahwa masih ada peluang besar untuk mengisi kebutuhan tersebut dari pasokan lokal. Kondisi ini memberikan gambaran yang sama seperti produk UMKM,” ujar Chrispin Mesima, Sekretaris Dinas Pariwisata, Ekonomi Kreatif dan Kebudayaan Kabupaten Manggarai Barat.
Deputi Bidang Industri dan Investasi Kemenparekraf, Henky Manurung menyampaikan kegiatan Pra Temu Bisnis ini bukan hanya untuk mempertemukan para pelaku UMKM dan off taker, tetapi juga untuk melanggengkan kelancaran rantai pasok. Namun untuk kelanggengan tersebut butuh kerja sama dari berbagai sektor agar tujuan ini dapat berjalan baik dan maksimal sehingga dapat membangkitkan ekonomi nasional dan daerah.
“Harapannya 90 persen pasokan produk ekraf di Labuan Bajo berasal dari produk lokal. Melalui penguatan rantai pasok ini, diharapkan dapat meningkatkan daya saing dan daya kualitas dari produk yang ada di Labuan Bajo,” ujar Henky yang bergabung melalui media zoom saat itu.
Senada, Anggara Hayun Anujuprana selaku Direktur Manajemen Industri Kemenparekraf juga mengatakan bahwa Program Penguatan Rantai Pasok di Labuan Bajo nantinya akan berkolaborasi dengan Pertamina dan Telkom Indonesia dan saat temu bisnis nanti outcome yang diharapkan adalah adanya penandatangan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara suplai dan demand. Menurutnya saat ada PKS maka ekosistem berkelanjutan akan lebih terjamin.
Sebagai satuan kerja Kemenparekraf yang berkantor di Labuan Bajo, BPOLBF juga saat ini tengah mendorong para pelaku UMKM dengan berbagai program untuk menyesuaikan standarnya dengan standar hotel dan restoran.
Sejak 2020, BPOLBF telah melakukan berbagai inisiatif mendorong terbentuknya pemanfaatan produk lokal pada ekosistem parekraf Labuan Bajo mulai dari pelatihan terintegrasi, kampanye, serta program temu bisnis bagi masyarakat dan UMKM setempat. Tahun 2022, program ini dikembangkan untuk skalanya lebih besar dan diharapkan menjadi tonggak kemandirian produk lokal NTT.
“Pada prinsipnya semua hotel dan restoran yang ada di Labuan Bajo siap menggunakan produk lokal selama teman-teman pelaku UMKM berkomitmen untuk memproduksi produknya secara berkelanjutan dan memenuhi standar yang diberikan hotel dan restoran,” jelas Shana Fatina, Direktur Utama BPOLBF.
Dirut BPOLBF juga mengungkapkan bahwa hingga saat ini, pihaknya telah mengidentifikasi kebutuhan agar nantinya bisa memfasilitasi event di Labuan Bajo tanpa kekurangan berbagai aktifitas dengan ketahanan rantai pasok. Selain produk parekraf, menurutnya, keberhasilan sektor parekraf yang inklusif adalah apabila sektor ini juga bisa terhubung menjadi pasar sektor primer pertanian, perkebunan, peternakan, dan perikanan di Labuan Bajo sehingga memberikan kesejahteraan nilai tambah yang nyata bagi masyarakat.
Salah satu peserta dalam kegiatan ini, Getrudis Naus, yang merupakan perwakilan ASITA mengungkapkan harapannya agar ke depannya ada tempat atau lokasi yang disiapkan pemerintah yang dapat mengakomodir produk UMKM sehingga memudahkan wisatawan yang tidak sempat berkunjung ke toko oleh-oleh ataupun ke lokasi para pelaku UMKM ini. (334)