NEGARA | patrolipost.com – Puting beliung yang terjadi di pesisir Pantai Desa Perancak, Kecamatan Jembrana, Senin (28/7) lalu memporak-porandakan kawasan konservasi penyu. Lokasi ini merupakan salah satu Daya Tarik Wisata (DTW) di Kabupaten Jembrana.
Akibat hempasan angin putting beliung sekitar pukul 07.30 Wita, salah satu atap bangunan (cafetaria) yang terbuat dari seng berhamburan. Daya tarik wisata ini yang berhadapan langsung dengan Samudra Hindia tersebut dikelola Kelompok Masyarakat Konservasi Kurma Asih yang bergerak di bidang konservasi penyu. Padahal daya tarik wisata ini baru saja dibuka kembali di masa adaptasi kebiasaan baru setelah sempat tidak beroperasi beberapa bulan akibat adanya penyebaran Covid-19.
Bupati Jembrana I Putu Artha didampingi Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Jembrana, I Ketut Eko Susilo Artha Permana saat meninjau lokasi, Rabu (29/7/2020) mengaku prihatin terhadap musibah yang menimpa salah satu destinasi wisata Jembrana tersebut.
“Baru saja kita akan giatkan pariwisata di Jembrana dengan tatanan kehidupan baru untuk memacu ekonomi, sekarang Daya Tarik Wisata kita malah kena musibah,” sesalnya.
Terhadap penanganan dampak kerusakan musibah yang terjadi, Bupati Artha meminta kerjasama semua pihak terkait untuk bisa membantu pemulihan Daya Tarik Wisata yang rusak tersebut. Langkah ini juga menurutnya dalam rangka memacu ekonomi dalam tatanan kehidupan baru ini.
“Kita ajak BPBD dan PMI memberikan bantuan untuk pemulihan DTW ini demi memacu pemulihan ekonomi di Jembrana, karena ini salah satu destinasi wisata yang ramai dikunjungi,” ujar Bupati Artha.
Anggota Kelompok Masyarakat Konservasi Penyu Kurma Asih, Gede Arjunaya yang mengelola cafetaria tersebut mengatakan, musibah angin puting beliung ini merupakan yang kedua kalinya menimpa DTW Kurma Asih.
“Juni kemarin sempat kena puting beliung juga, tapi yang sekarang ini kerusakannya jauh lebih parah,” ujarnya.
Menurutnya bangunan yang pembangunannya dibiayai dari perolehan Kalpataru ini ditujukan untuk membantu pendanaan dalam upaya konservasi penyu. Dengan usaha cafeteria, harapannya nantinya Kurma Asih dapat mandiri dalam upaya pengelolaan konservasi penyu yang kini populasinya terancam dan langka sehingga dilindungi undang-undang.
“Dua tahun lalu kami dapat Kalpataru, bantuan kalpataru itu kita jadikan gedung serbaguna dan cafetaria ini sehingga bisa dimanfaatkan untuk membantu pendanaan dalam konservasi penyu. Cita-cita kita ingin mandiri, jadi atensi dan bantuan Pak Bupati sangat berarti bagi kami,” paparnya. (571)