SINGARAJA | patrolipost.com – Selain virus Covid-19, penyakit yang juga menjadi momok masyarakat Kabupaten Buleleng saat ini adalah demam berdarah dangue (BDB). Angka penderita DBD di Kabupaten Buleleng cukup tinggi, bahkan berdasar data dari Kemenkes RI menempati urutan nomor dua tertinggi di Indonesia.
Sampai Senin (13/4/2020), dua warga dinyatakan meninggal setelah sebelumnya menderita demam tinggi diduga BDB. Sedangkan data yang dilansir Dinas Kesehatan Buleleng menyebut, hingga bulan April 2020 tercatat 1.798 kasus DBD di Buleleng.
Disebutkan, kasus DBD di Buleleng mulai meningkat sejak awal Januari 2020 dan terus berkembang mencapai angka ribuan hingga 13 April 2020. Data bulan Januari 2020 tercatat sebanyak 397 kasus dan pada bulan Februari terjadi kenaikan penderita menjadi 472 kasus.
Bukannya mereda, seiring mewabahnya virus Corona (Covid-19) terjadi lonjakan angka penderita DBD pada Bulan Maret mencapai 723 kasus dan hingga pertengahan April 2020, angka penderita yang terkena BDB bertambah sebanyak 187 kasus. Jika ditotal sebanyak 1.798 warga Buleleng telah terjangkit penyakit yang disebabkan oleh nyamuk aides aegipty ini.
Beberapa daerah yang termasuk zona merah rawan BDB diantaranya, Kecamatan Buleleng dengan sebanyak 465 kasus. Disusul Kecamatan Tejakula sebanyak 285 kasus, Kecamatan Banjar sebanyak 224 kasus, Kecamatan Sukasada sebanyak 189 kasus. Menyusul Kecamatan Seririt sebanyak 183 kasus, Kecamatan Gerokgak sebanyak 146 kasus, Kecamatan Busungbiu sebanyak 114 kasus, Kecamatan Kubutambahan sebanyak 97 kasus dan Kecamatan Sawan sebanyak 95 kasus.
Tingginya angka penderita DBD itu ditanggapi Wakil Bupati Buleleng, dr I Nyoman Sutjidra. Wabup yang juga seorang dokter ini membenarkan ribuan orang tercatat didiagnosa BDB. Bahkan dua orang disebut telah meninggal dunia akibat terjangkit DBD.
“Untuk kasus BDB di Buleleng, para medis telah turun tangan dan merawat mereka di sejumlah rumah sakit di Buleleng,” ungkap Sutjidra, Senin (13/4/2020).
Sedang dua warga yang disebut meninggal setelah terjangkit BDB berasal dari Desa Ambengan, Kecamatan Sukasada, dan Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng. Dua orang tersebut tak hanya didiagnosa BDB namun ada penyakit lainnya yang menambah berat sakit keduanya.
Sutjidra menganggap kasus BDB tersebut bukan kejadian luar biasa (KLB) kendati terjangkit di hampir semua kecamatan.
“Kasus DBD setiap tahun terjadi, jadi menetap kasusnya. Kasus ini diantisipasi saat musim pancaroba,” imbuh Sutjidra.
Atas banyaknya kasus BDB, Sutjidra meminta kepada warga Buleleng agar menjaga hidup sehat dan bersih termasuk membersihkan sarang nyamuk yang menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk aides aegpty.
Sutjidra menambahkan, Buleleng melalui Dinkes Buleleng sudah melakukan sejumlah antisipasi, diantaranya fogging dan menyebar abate-obat pembunuh jentik nyamuk.
“Setiap KK wajib memantau jentik nyamuk di rumahnya sendiri, dan mengeliminasi agar tidak berkembang biak,” tandasnya.
Sementara itu, Kepala Seksi (Kasi) Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinkes Buleleng I Putu Indrawan mengatakan, untuk tahun ini kasus DBD di Buleleng memang terbilang besar. Hanya saja dia mengaku tidak tahu pasti berapa jumlah penderita saat ini yang tengah dirawat di rumah sakit.
“Jumlahnya (pasien BDB yang dirawat di rumah sakit) kami belum mengetahui pasti,” katanya.
Untuk mencegah semakin meluasnya angka penderita BDB, Indrawan mengajak masyarakat menerapkan hidup bersih. Karena melakukan fogging tak cukup efektif untuk mematikan nyamuk. Namun justru nyamuk penyebab BDB menjadi makin kebal.
“Fogging tidak sepenuhnya menyelesaikan masalah, karena nyamuk sudah kebal dengan fogging. Jadi perlu kesadaran masyarakat untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan dengan melakukan 3M (Menguras, Mengubur dan Menutup), serta menanam tanaman pengusir nyamuk seperti sereh dan pohon liligundi,” tandas Indrawan. (625)