MENGWI | patrolipost.com – Pengabenan I Gusti Agung Alit Mahaputra (29), warga Banjar Jempinis, Desa Pererenan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung yang menjadi korban penusukan oleh sepupunya sendiri I Gusti Ngurah Yoga Adi Putra (22) dilaksanakan, Kamis (2/1/2020). Suasana duka menyelimuti keluarga dan kerabat yang mengantarkan korban ke peristirahatan terakhirnya.
Prosesi upacara pengabenan tersebut juga dihadiri Wakil Bupati Badung Ketut Suiasa. Menurut informasi yang dihimpun patrolipost.com, peristiwa tragis yang terjadi pada malam pergantian tahun, Selasa (31/12/2019) menghebohkan warga sekitar. Insiden penusukan bermula ketika korban I Gusti Agung Alit Mahaputra, pelaku I Gusti Ngurah Yoga Adi Putra dan saksi I Putu Candradinata (25) merayakan malam tahun baru dengan pesta miras di sebuah warung di Desa Pererenan. Kemudian, Saksi I Putu Candradinata tidak sengaja menjatuhkan teko tempat minuman sehingga menimbulkan cekcok antara IGN Yoga Adi Putra dan I Putu Candradinata.
Mengetahui hal tersebut korban I Gusti Agung Alit Mahaputra bermaksud melerai, saat itu pelaku pulang dan kembali membawa pedang menemui I Putu Candradinata dan korban I Gusti Agung Alit Mahaputra. Selanjutnya pelaku menusuk secara membabi buta IGA Mahaputra. Mirisnya, Ibu kandung pelaku I Gusti Ayu Wetri yang ikut bermaksud melerai insiden tersebut juga terkena tebasan, namun tidak begitu parah. Sedangkan korban IGA Mahaputra meninggal dunia ketika dalam perjalanan menuju rumah sakit.
Kakak sulung korban, I Gusti Ngurah Anom Santika (35) mengatakan, pihak keluarga merasa sangat kehilangan atas kepergian Gusti Agung Alit yang merupakan adik bungsu dari 3 bersaudara.
“Masih tidak menyangka bakal kehilangan adik bungsu saya secepat ini. Adik saya itu ramah, suka bergaul, ceria, banyak temannya dan suka bercanda,” kata Kakak sulung korban, I Gusti ngurah Anom Santika (35) saat dijumpai patrolipost.com di Desa Pererenan, Mengwi, Kamis (2/1/2020).
Gusti Ngurah Anom mengaku tidak ada firasat aneh yang dirasakan sebelum kepergian adik bungsunya Gusti Agung Alit, yang bekerja di Pemerintahan desa (Pemdes) Pererenan itu.
“Tidak ada firasat dan tidak menyangka bahwa secepat ini kepergiannya. Adik saya masih muda dan belum menikah,” ujarnya.
Sementara itu, dalam Pakiriman Bade (perjalanan wadah) jenazah Gusti Agung Alit Mahaputra suasana berkabung tampak jelas dan pihak keluarga dan masyarakat padat mengiringi menuju Setra Dalem Gede Desa Pererenan. Saat upacara ngeseng (bakar) disambut isak tangis beberapa keluarga dan kerabat korban. (cr02)