Film Nona “Manis Sayange” Perpaduan Kisah Romansa dan Kearifan Lokal Suku Manggarai

nona manis
nona manisScene trailer film Nona Manis Sayange. (ist)

LABUAN BAJO | patrolipost.com – Keindahan pariwisata Labuan Bajo serta keunikan kearifan lokal suku Manggarai akan segera hadir melalui sebuah tayangan film bernuansa romantis, Nona Manis Sayange.

Executive Produser Film Nona Manis Sayange, Dr Ngadiman menyampaikan pemutaran perdana film ini  akan digelar di kawasan Waterfront Marina Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Minggu (27/9/2023). Pemutaran perdana ini akan diramaikan oleh sejumlah artis nasional dan turut dihadiri oleh sejumlah menteri.

Bacaan Lainnya

“Gala Premiere akan digelar di Waterfront Labuan Bajo 27 September 2023. Event itu akan dihadiri oleh sejumlah Menteri, selebritis, dan Influencer ternama,” ucap Ngadiman.

Pemutaran perdana film yang keseluruhan pembuatannya berlangsung di Labuan Bajo dan kawasan sekitarnya ini juga akan diramaikan dengan Festival Musik  lokal dan soundtrack film, Festival Kuliner; menyajikan hidangan lokal yang dikreasikan oleh chef ternama serta pameran produk lokal.

Film “Nona Manis Sayange” merupakan film yang memadukan daya tarik visual Labuan Bajo, musik unik namun menawan dari Indonesia Timur, dan kisah romansa yang dapat diterima secara universal yang berakar pada budayanya.

Dr Ngadiman mengatakan, didorong oleh hasrat yang kuat dalam memajukan industri perhotelan di Indonesia sekaligus memperkenalkan keindahan menawan dari keanekaragaman budaya dan alam Nusantara.  Kali ini, berlatar belakang Labuan Bajo, film ini menampilkan lokasinya yang sangat indah, potensi wisata, kekayaan budaya, bahkan tantangan yang dihadapi masyarakat setempat.

“Semua dikemas dengan cerita romance dan juga ada komedinya. Sehingga isi film ini memberikan edukasi yang comprehensive terhadap penonton. Selama ini hanya film hantu yang banyak dibuat tapi tidak ada nilai edukasinya,” ujar Ngadiman kepada awak media.

Ngadiman menambahkan, Film ini dibuat untuk mempromosikan pariwisata  juga memperkenalkan kebudayaan, masalah sosial: tentang belis atau mahar atau nama lain di daerah lain yang selalu disalahartikan dengan uang, sehingga kekerasan wanita juga sering terjadi dalam perkawinan.

Film bermuatan romansa dan adat istiadat ini disutradarai oleh Hestu Saputra, Nominasi Sutradara terbaik FFI 2013 dan diperankan oleh Haico Van Der Veken (Sikka), Pangeran Lantang (Akram) juga pemeran lainnya seperti Luz Victoria (Dina), Bhisma Mulia (Rendy), Mathias Muchus (Dermawan) dan Chanceline (Rumi).

Sinopsis

Film “Nona Manis Sayange” menceritakan tentang Sikka seorang gadis remaja yang  lahir dari keluarga pengusaha kaya. Sikka bersahabat semenjak kecil dengan Akram,  anak keluarga seorang pelaut yang hidup di pesisir pulau Labuan Bajo, mereka tumbuh bersama dan saling menguatkan melewati perjalanan hidup yang memperdalam perasaan cinta mereka berdua.

Kisah Cinta mereka seketika rumit, manakala ambisi dan manipulasi datang dari Ayah Sikka untuk memisahkan mereka. Sebagai anak pelaut, Akram dituntut aturan adat untuk membayar belis (syarat mahar tradisi suku Manggarai di Labuan Bajo) dari ayah Sikka yang nilainya fantastis, jika ia ingin menikah dengan Sikka.

Hal itu tidak membuat sosok Akram mundur dan tetap berjuang demi Sikka. Di sisi lain Sikka juga berusaha meyakinkan ayahnya bahwa cinta sejati bukan dilihat dari nilai materi ataupun status sosial.  Beragam keindahan romantisme alam Labuan Bajo ternyata bisa menyatukan kisah cinta remaja dengan pengaruh norma adat dan budaya yang berkembang di masyarakatnya.

Konten Lokal Punya Daya Tarik Luar biasa

Film-film lokal Indonesia telah berulang kali membuktikan bahwa adat istiadat, budaya, dan kearifan lokal dapat menjadi nilai jual yang menarik penonton bioskop Indonesia. Misalnya saja “Uang Panai” yang menarik lebih dari 500.000 penonton.

Film Uang Panai dibuat dengan mengambil latarbelakang adat istiadat, budaya dan kehidupan Makassar menjadi karakter sentralnya.

Selain Uang Panai,  pada tahun 2022, dunia perfilman Indonesia dikejutkan dengan film “Ngeri Ngeri Sedap”. Film itu berlatar belakang suku Batak yang menampilkan keindahan Danau Toba. Film ini sukses meraup lebih dari 2,6 juta penonton.

Tak hanya film, konten lokal seperti  industri musik lokal telah berkembang di seluruh negeri. Seperti  Denny Caknan dari Ngawi dan Didi Kempot dari Solo. Para seniman ini telah mencapai kesuksesan luar biasa dan mendominasi puncak karier musik Indonesia dengan lagu-lagu yang bahkan mungkin tidak ditulis dalam Bahasa Indonesia.

Dr Ngadiman SH SE MSI sebagai Produser Eksekutif

Memulai karirnya di Direktorat Jenderal Pajak, beliau kemudian membangun usaha yang sukses di bidang jasa konsultasi perpajakan dan keuangan serta industri real estat dan perhotelan.

Dr Ngadiman mempunyai ambisi dan semangat yang luar biasa untuk memajukan pariwisata di kawasan Labuan Bajo dan sekitarnya dengan menghidupkan kisah luar biasa ini melalui proyek film.

Hestu Saputra sebagai Sutradara & Penulis

Hestu memulai perjalanan pembuatan filmnya dengan menjadi asisten Hanung Bramantyo di beberapa filmnya. Dia membuat debut penyutradaraannya dalam film ‘Pengejar Angin’ pada tahun 2011.

Pada tahun 2013, Hestu menyutradarai “Cinta Tapi Beda” membuatnya mendapatkan nominasi Sutradara Terbaik di Festival Film Indonesia. Sepanjang karirnya, Hestu telah menyutradarai 12 film layar lebar. (334)

Pos terkait