BANGLI | patrolipost.com – Para peternak ayam petelor di Kabupaten Bangli kini dihadapkan pada kondisi dilematis. Pasalnya, di tengah melonjaknya harga pakan, harga telor justru mengalami penurunan.
Salah satu peternak ayam petelor, Wayan Suparta mengatakan penurunan harga telor sudah terjadi sejak tiga pekan kemarin. Penurunan harga telor terjadi secara bertahap. Saat ini untuk harga telor size besar (TB) Rp 45 ribu per tray dari sebelumnya Rp 52 ribu per tray. Begitu juga untuk telor ukuran tanggung harga sebelumnya sempat di angka Rp 52 ribu per tray kini turun menjadi Rp 42 ribu per tray.
“Penurunan harga telor cukup signifikan,” ujar Wayan Suparta.
Menurut peternak asal Desa Pengiangan, Kecamatan Susut ini naik dan turunya harga telor dikarenakan permintaan. Jika jelang hari raya besar seperti Idulfitri, Natal dan Galungan harga telor akan naik.
”Sekarang ini tidak ada hari raya besar, praktis permintaan telor menurun sehingga stok telor melimpah dan berimbas turunnya harga,” kata Suparta, Rabu (13/9/2023).
Di tengah turunya harga telor, justru harga pakan jenis jagung butiran harganya naik. Awalnya harga jagung butiran Rp 5 ribu per kilo, kini naik menjadi Rp 6.300 per kilo. Begitu juga untuk harga dedak alami kenaikan, dari Rp 4.300 per kilo naik menjadi Rp 4.500 per kilonya.
Naiknya harga jagung kata Wayan Suparta disebabkan beberapa daerah yang selama ini merupakan sentral penghasil jagung mengalami gagal panen karena dampak musim kemarau.
”Biasanya untuk jagung kami datangkan dari daerah Sumbawa –NTB, dengan populasi ayam sebanyak 10 ribu ekor, kami order jagung 10 ton setiap bulan,” ungkapnya.
Naiknya harga pakan yang dibarengi dengan turunnya harga telor memang sangat dirasakan peternak. Dengan harga telor saat ini peternak dalam posisi bertahan atau hanya bisa menutupi biaya produksi saja.
“Jika harga telor terus menurun dipastikan banyak peternak pemula akan gulung tikar. Mungkin yang bisa bertahan adalah peternak besar dengan populasi ayam mencapai seratus ribu lebih,” kata Wayan Suparta. (750)