SEMARAPURA | patrolipost.com – Penetapan tokoh Kerajaan Klungkung, Ida Dewa Agung Jambe sebagai pahlawan nasional terus diupayakan Pemkab Klungkung. Senin (17/10), Bupati Klungkung, I Nyoman Suwirta bersama penglingsir Puri Agung Klungkung Ida Dalem Smara Putra langsung ke Jakarta untuk mengawal nama Ida Dewa Agung Jambe agar dapat ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Menurut Bupati Suwirta, Selasa (18/10) memastikan dirinya ke Jakarta bersama Ide Dalem Semaraputra untuk mengawal proses pengusulan Ida Dewa Agung Jambe sudah diusulkan menjadi pahlawan nasional sejak tahun 2020 lalu. Menurutnya, Ida Dewa Agung Jambe sudah memenuhi syarat sebagai pahalawan nasional dari usulan Kemensos. Namun sampai saat ini Presiden Jokowi belum menetapkan raja terakhir di Kerajaan Klungkung tersebut sebagai pahlawan nasional.
Terkait hal ini, rombongan Pemkab Klungkung bersama tokoh Puri Klungkung menyambangi Sekretariat Militer Presiden (Setmilpres). Mereka bertemu dengan Kepala Biro Gelar, Tanda Jasa dan Tanda Kehormatan (GTK) Setmilpress Brigjen TNI (Mar) Ludi Prastyono, serta Koordinator Staf Khusus Presiden RI, A.A.G.N Ari Dwipayana.
“Usulan ini merupakan bagian dari upaya menghormati dan menghargai sejarah,” harap ungkap Suwirta.
Ia menyampaikan, dalam pertemuan itu Kabiro GTK Ludi Prastyono memaparkan prosedur pengusulan gelar pahlawan nasional, termasuk syarat umum dan syarat khusus.
Diusulkan pula bahwa usulan Ida Dewa Agung Jambe untuk mendapat gelar pahlawan nasional sudah memenuhi syarat dan sesuai mekanisme. Ida Dewa Agung Jambe sudah masuk daftar Calon Pahlawan Nasional yang diusulkan Kemensos, namun keputusan pemberian gelar ini merupakan hak prerogatif Presiden.
“Setelah mendengar paparan tadi, saya merasa lebih tenang. Usulan sudah masuk di Setmilpres. Semoga mendapat keputusan Bapak Presiden,” ungkap Suwirta.
Ida Dewa Agung Jambe merupakan raja terakhir dari kerajaan Klungkung, yang mencetuskan Perang Puputan terhadap kolonial Belanda, Selasa 28 April 1908 silam.
Saat itu, raja Klungkung bertempur habis-habisan dalam Perang Puputan bersama rakyat dan keluarga kerajaan. Dalam peristiwa itu, selain raja dan permaisuri, satu-satunya putra mahkota kerajaan Klungkung pun ikut gugur dalam peristiwa heroik tersebut.(855)