DENPASAR | patrolipost.com – Disela pelepasan ekspor komoditas pertanian asal Provinsi Bali, Sabtu (12/10/2019) di Kantor Karantina Denpasar Kelas I, Kepala Badan Karantina Kementerian Pertanian RI, Ali Jamil menyatakan kebanggaannya karena selain ekspor komoditas asal Bali yang terus meningkat dengan negara tujuan berbeda. Rupanya tepung jangkrik menjadi salah satu yang menyita perhatiannya diantara komoditas yang diekspor. Dengan bangga di hadapan media ia katakan, tepung jangkrik ini betul-betul komoditas emerging yang merupakan terobosan baru, belum pernah ada daerah lain yang ekspor tepung jangkrik macam ini, sembari memperlihatkan tepung jangkrik dalam kemasan.
“Dari daerah lain ada lipan yang dikirim, tapi dari Bali tepung Jangkrik jadi terobosan,” ucapnya bangga.
Ekspor tepung Jangkrik ke Korea Selatan dan Inggris ini menjadi langkah awal dalam melihat prospek usaha kedepannya. Awalnya ia beranggapan jika tepung Jangkrik ini untuk pakan ternak, ternyata untuk konsumsi masyarakat disana.
“Artinya kita sudah bisa feeding masyarakat negara lain, meskipun jumlah yang dikirim masih belum maksimal, tapi paling tidak terobosan ini mesti diapresiasi,” tukasnya.
Dijelaskan Presiden Jokowi melalui Kementerian Pertanian menginginkan adanya akselerasi ekspor melalui diversifikasi ekspor dan ini menjadi salah satu indikator.
“Nilai tambah ini yang diharapkan pemerintah, jadi bukan jangkriknya yang dikirim tapi sudah dalam bentuk olahan seperti tepung dan biskuit,” jelasnya.
Industri olahan beserta turunannya seperti ini yang mestinya didorong pemerintah daerah dalam menciptakan sumber-sumber ekonomi baru yang berbasis Usaha Kecil Menengah (UKM).
“Market intelejen harus kita hidupkan supaya kita bisa menghidupkan sumber-sumber ekonomi baru. Jadi bukan hanya tepung jangkrik saja tapi ada terobosan baru lainnya, pasarnya di luar masih terbuka lebar,” katanya meyakinkan sembari berujar salah satu indikator kinerja yaitu pembukaan negara tujuan dan penambahan negara tujuan.
“Tidak masalah produknya sama, tapi negaranya berbeda,” pungkasnya.
Sedangkan dari tempat yang sama eksportir Jangkrik asal Denpasar, Agung Asmara mengatakan jika dirinya tidak sendiri dalam menjalankan usaha ini tapi ada permintaan dari negara tujuan melalui mitra kerjanya.
“Tidak ada persoalan berarti yang dihadapi mulai bahan baku hingga proses pengiriman, cuma memang awalnya agak ketat pengawasannya di BPOM tapi semua telah dilalui,” tuturnya.
Data dari sistem automasi Karantina Pertanian, IQFAST mencatat tren peningkatan 44% pada kinerja ekspor biji kopi hingga Oktober 2019 jika dibanding dengan periode sama di tahun 2018. Sebanyak 43,46 ton dengan nilai Rp 4,8 miliar ekspor Januari hingga Oktober tahun 2019 dibandingkan dengan masa yang sama tahun 2018 yang hanya 32,8 ton senilai Rp. 2,8 miliar.
Kepala Karantina Pertanian Denpasar, I Putu Terunanegara yang jugaa hadir pada kesempatan ini menyampaikan kinerja eksportasi yang tercatat diwilayah kerjanya yakni peningkatan ragam komoditas sebanyak 43% hingga September 2019 dibanding periode sama tahun 2018. Kini sebanyak 207 jenis produk pertanian Bali menjadi unggulan ekspor setelah tahun sebelumnya hanya 145 jenis.
Indikator keberhasilan lain program ayo galakkan ekspor produk pertanian oleh generasi milenial bangsa ini adalah bertambahnya frekuensi pengiriman yang semula di tahun 2018 sebanyak 1.307 kali meningkat 27% menjadi 1.661 kali. Hal ini juga seiring dengan peningkatan jumlah eksportir sebesar 30% yaitu 526 eksportir sedangkan pada tahun 2018 sejumlah 405 eksportir.
Fasilitasi layanan ekspor, layanan ekspor cepat, sinergisitas dengan pemangku kepentingan, perluasan akses pasar adalah rangkaian program Agro Gemilang di Denpasar.
“Tidak ketinggalan pada kesempatan ini kami terus mengajak masyarakat dalam berbagai kegiatan khususnya ditujukan bagi generasi muda milenial untuk masuki bisnis ekspor komoditas pertanian, jangan ragu dan berani ekspor,” ucap Putu menutup. (473)