SEMARAPURA | patrolipost.com – Kematian mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Jakarta, berinisial Putu SAR (19) asal Desa Gunaksa, Kecamatan Dawan, Klungkung, Bali, menyisakan duka yang mendalam bagi keluarga korban.
Orang tua (ortu) korban, Ketut Suastika sangat berharap agar pihak kepolisian mengungkan tuntas kasus kematian anaknya yang dinilai tidak wajar, sehingga tindak penganiayaan tidak terjadi lagi di STIP atau kampus lainnya.
“Saya berharap diusut tuntas agar terang benderang. Biar saya plong tidak ada beban. Jika ada berbau hukum agar ditindak tegas,” ujar Ketut Suastika ketika ditemui di rumah duka, Minggu (5/5/2024).
Menurut Suastika, saat ini istrinya, Ni Nengah Rusmini yang seorang perawat di RSU Klungkung, bersama kakaknya, Nyoman Budiarta masih berada di Jakarta. Ia pun mengaku masih menunggu kabar terkait hasil otopsi jenasah anaknya di rumah sakit. Karena sejauh ini Putu SAR dikatakan tidak memiliki riwayat sakit jantung dan sakit kronis lainnya.
“Secara fisik kesehatan anak sehat. Apalagi sebelum masuk kuliah kan ada tes. Dan kesehatan anak saya normal,” ungkapnya.
Selain itu, selama delapan bulan mengikuti kuliah kedinasan, Putu SAR juga tidak pernah mengeluh sakit. Almarhum juga tidak pernah cerita kalau ada kejadian pemukulan oleh seniornya di kampus. Selaku orang tua, Suastika juga tidak menerima firasat terkait kematian putra sulungnya tersebut.
“Anak saya terakhir pulang saat liburan Idul Fitri. Terakhir saya komunikasi tanggal 1 Mei saat libur. Anak saya sempat chat melalui WA dan meminta agar motornya diisi stiker,” ungkapnya.
Dengan kematian anaknya, Suastika berharap agar pihak berwenang bisa membantu agar kasusnya terang benderang. Apalagi selama ini anaknya dikenal polos dan tidak neko-neko. Ia pun meminta ada ganjaran yang setimpal terhadap pelaku biar ada efek jera.
“Dengan kejadian ini, harapan saya kedepan sekolah kedinasan tidak ada lagi korban seperti anak saya. Cukup yang terakhir anak saya,” pungkasnya dengan wajah sendu. (855)